Seperti kita ketahui bahwa rel kereta api mampu menopang beban berat yang selalu dilewati kereta api, mulai dari rangkaian kereta/gerbong bahkan lokomotif yang memiliki bobot hingga hitungan ton. Nah, rel kereta api tetap bertahan meskipun memiliki daya elastis karena terbuat dari baja, rel juga bertahan dan tidak bergeser karena adanya bantalan dibantu dengan batu balas. Jika batu balast semakin banyak dan rel dengan skala besar maka kecepatan kereta api akan bertambah.
Baca juga: Sejak Dahulu, Hubungan Antara Rel Kereta dan Batu Kerikil Tak Terpisahkan
Karena adanya rel hingga batu balast yang mampu menahan kereta api yang melintas inilah perlu adanya pengecekan secara berkala menggunakan kereta khusus, yaitu kereta mekanik alias MTT. MTT (Multi Tie Tamper) atau disebut juga Tamping Machine merupakan salah satu jenis mesin berat yang populasinya cukup banyak di dunia. MTT ini sangat penting di dunia perawatan jalan rel, apalagi di kawasan yang memiliki kontur tanah yang labil. Di Indonesia MTT ini merupakan sarana milik Sarana Perkeretaapian Milik Negara yang perawatannya dikelola oleh Balai Perawatan Perkeretaapian.
Cara kerja kereta mekanik ini berfungsi untuk memadatkan batu balast yang berada di bawah rel dan bantalan. Nah, batu balast itu dipadatkan oleh Tamping Unit yang ada di MTT. Di jalur kereta api Jawa dan Sumatera memang memiliki jalur yang kontur tanahnya yang labil, namun seluruh jalur pastinya akan selalu dilakukan pengerjaan pemadatan batu balast. Batu balast yang dipadatkan berguna untuk melancarkan perjalanan kereta api saat melintasi rel hingga berkecepatan maksimum.
Mayoritas pengerjaan MTT pun dilakukan pada malam hari atau saat perjalanan kereta api tak terlalu ramai. Jika tak ada bantuan MTT untuk pengerjaan jalur kereta api, pastinya kereta api berkecepatan rendah bahkan tak bisa melintas (PRAS – Cinta Kereta Api)