Singapura membidik sebuah sasaran besar dalam sistem transportasi massal yang rencananya akan terealisasi pada tahun 2020 mendatang, yakni dengan menerapkan sistem cashless di semua transportasi umumnya.
The Land Transport Authority (LTA), selaku regulator transportasi Singapura bersama Transitlink mengatakan dalam siaran pers bahwa Account-based Ticketing yang sudah ada sejak bulan Maret 2017 telah berkembang pesat dengan lebih dari 100.000 pengguna dan bisa dikatakan sebagai “umpan yang membangun” dalam sistem cassless.
Baca Juga: Contactless Payment Paling Cocok Untuk Mass Transportation
Kedua belah pihak berencana untuk memperpanjang kontrak dengan Mastercard yang semula direncanakan hanya enam bulan tersebut. LTA dan TransitLink tengah berdiskusi mengenai skema pembayaran lainnya untuk turut disertakan. Seperti yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman channelnewsasia.com (11/8/2017), adapun bukti nyata yang dilakukan kedua belah pihak untuk merealisasikan ide tersebut adalah menghapus layanan cash top-up di pusat layanan penumpang MRT, dan ini akan dilakukan secara bertahap per 1 September mendatang, serempak di 11 stasiun.
Menurut laman sumber, ke-11 stasiun tersebut meliputi: Admiralty, Bedok, Bukit Panjang, Buona Vista, Taman Farrer, HarbourFront, Hougang, Lakeside, Pasir Ris, Serangoon dan Yew Tee. Layanan cash top-up masih akan tersedia di mesin tiket umum yang ada, serta di mitra-mitra retail seperti 7-Eleven dan Cheers. “Kami akan memantau dampaknya kepada komuter sebelum menghapuskan layanan cash top-up di pusat layanan penumpang di stasiun kereta lainnya pada tahun depan,” ungkap salah satu sumber.
LTA dan Transitlink mengatakan bahwa para penumpang dapat menggunakan kartu bank pribadi mereka, serta metode pembayaran mobile seperti Apple Pay dan Android Pay. Sejak metode tersebut diaplikasikan ke mesin tiket umum pada Januari kemarin, transaksi cashless top-up sontak melonjak dengan sangat drastis. Terhitung lonjakan tersebut melebihi angka 70 persen dalam periode enam bulan saja.
Kedua belah pihak juga akan secara bertahap menghapuskan opsi pembayaran tunai untuk transaksi transportasi umum, termasuk untuk layanan pembayaran tiket di dalam bus serta layanan stored-value card services atau yang serupa dengan e-money yang diberlakukan oleh Commuter Line Jabodetabek. Penghapusan bertahap ini direncanakan akan terus berjalan hingga waktu beberapa tahun ke depan.
Baca Juga: Microchip Implan Digunakan Untuk Pembayaran Tiket Kereta di Swedia
“Pertumbuhan pembayaran elektronik telah berkembang dengan amat pesat, menggantikan pembayaran tunai dan top-up menjadi cashless yang terbukti lebih mudah untuk digunakan dan tidak perlu ribet menarik tunai,” ungkap Lam Wee Shann, direktur grup dari Unit Pengembangan Teknologi dan Industri di LTA.
“Tujuan kami adalah untuk memberlakukan sistem pembayaran cashless di semua transportasi umum pada tahun 2020 dan kami bertekad untuk melakukannya dengan meningkatkan pengalaman tentang tiket cashless bagi semua penumpang,” tambahnya. Lam menambahkan bahwa tonggak utamanya adalah pembukaan jalur rel utama cashless pertama di Jalur Thomson – Pesisir Pantai Timur pada tahun 2019 mendatang.
LTA dan TransitLink menyadari bahwa beberapa penumpang mungkin memerlukan panduan untuk beralih ke sistem angkutan umum tanpa uang tunai, oleh karena itu TransitLink akan menempatkan agen layanan pembantu di 11 stasiun MRT tersebut. Adapun salah satu tujuan lain dari penghapusan pembayaran tunai adalah memungkinkan industri angkutan umum untuk menghindari timbulnya biaya penanganan uang tunai yang meningkat, dimana biaya tersebut dapat diinvestasikan kembali untuk memperbaiki sistem transportasi umum.” ungkap juru bicara LTA.