Wabah Covid-19 sangat mematikan industri penerbangan global. Pada tahun 2018, IATA memprediksi bahwa jumlah penumpang yang bepergian melalui udara akan mencapai 8,2 miliar pada tahun 2037. Sebelum Covid-19 mewabah, 40,3 juta penerbangan dijadwalkan lepas landas di seluruh dunia pada tahun 2020, meskipun pada akhirnya harus turun menjadi sekitar 23,1 juta.
Baca juga: Studi Terbaru: Banyak Pilot Remehkan Dampak Stres Terhadap Keselamatan Penerbangan
Jumlah penumpang diperkirakan akan tumbuh menjadi 2,8 miliar pada 2021, jauh dari angka dua tahun lalu mencapai 4,5 miliar. Paling cepat, jumlah penumpang akan kembali ke titik itu pada 2024 mendatang, dimana penerbangan domestik diperkirakan akan lebih dahulu kembali normal dibanding penerbangan internasional.
Akibat dari penurunan tersebut, sekitar 25 juta pekerja terancam PHK pada kuartal II tahun lalu. Memang tak ada penelitian pasti bagaimana validasi data itu pada awal tahun ini. Tetapi, bila 25 juta pekerja itu termasuk PHK pilot, belum lama ini terdapat penelitian terkait hal itu.
Dilansir Simple Flying, sebuah survei yang terjalin berkat kerjasama antara Goose Recruitment dan FlightGlobal menunjukkan sebanyak 57 persen pilot, baik pilot senior maupun muda, di seluruh dunia kehilangan pekerjaan.
Survei bertajuk “Pilot Survey 2021” itu setidaknya melilbatkan 2.598 dari seluruh dunia selama empat pekan selama bulan Oktober 2020. Hasilnya, 43 persen dari mereka mengaku masih bekerja dan aktif terbang.
Sedangkan sisanya, 57 persen, terdiri dari 30 persen menganggur, 17 persen cuti tanpa kejelasan kapan akan mulai kembali bekerja dan sudah pasti cuti tanpa dibayar, enam persen banting setir menjadi beragam profesi di sektor aviasi, dan empat persen lainnya banting setir di sektor lain, mulai dari jadi penjual gorengan, dan banyak lagi.
66 persen dari mereka yang menganggur mengaku giat mencari pekerjaan di bidang sejenis maupun di bidang lain. Tiga persen di antaranya bahkan sedang dalam proses wawancara.
Salah satu pilot yang giat mencari pekerjaan bercerita bahwa sebetulnya ia sudah ada di posisi nyaman sebagai pilot di salah satu maskapai di negaranya. Tak disebutkan dengan jelas negara asal pilot ini. Namun, pada Desember 2019, ia memutuskan resign untuk kemudian bergabung dengan salah satu maskapai besar di Timur Tengah pada Maret 2020. Sayangnya, wabah virus Corona menyebar dengan cepat dan kesempatan bergabung dengan maskapai baru pun pupus. Alhasil, ia menganggur sampai sekarang.
Akan tetapi, bila pun ia tetap bekerja, besar kemungkinan gajinya akan dipotong habis-habisan, sebagaimana pilot lain yang saat ini masih aktif terbang. Cathay Pacific memotong gaji pilot hampir 58 persen, Ryanair 20 persen, Lufthansa 45 persen, dan banyak maskapai lainnya yang hampir pasti melakukan pemotongan gaji.
Bila diklasifikasi berdasarkan wilayah, Amerika Utara berhasil menghalau dampak penurunan penumpang pesawat akibat virus Corona terhadap PHK pilot. Dua negara di Amerika Utara, yaitu Amerika Serikat dan Kanada, PHK setidaknya menyasar ke 20 persen pilot dan masih menganggur sampai saat proses penellitian dilakukan. Bahkan, United Airlines, salah satu maskapai besar di Amerika Serikat, belum lama ini mengumungkan akan mempekerjakan kembali 400 pilot.
Baca juga: Covid-19 Bikin Pilot Banyak Nganggur! Masihkah Jadi Profesi Idaman?
Penyebab di-PHKnya pilot, 84 persen (dari total 57 persen pilot menganggur) mengaku akibat wabah virus Corona, adapun sisanya mengaku di-PHK karena berbagai persoalan, seperti kinjerja kurang memuaskan hingga carut marut manajemen keuangan maskapai.
40 persen dari mereka yang disurvei mengaku bermasalah mental atas gejolak di tempatnya bekerja. Rata-rata dari mereka berusia muda. Semakin muda usianya, masalah pada mentalnya semakin besar. Pun sebaliknya, semakin tua, semakin rendah dampak wabah virus Corona terhadap kesehatan mentalnya.