Di era yang sudah serba maju seperti sekarang ini, bukan tidak mungkin untuk mengudara dari satu kota menuju kota lainnya di belahan bumi lain hanya dengan menggunakan satu kali penerbangan saja. Sebut saja rekor penerbangan langsung terjauh di dunia saat ini dipegang oleh Singapore Airlines yang menghubungkan Newark Liberty International Airport (EWR) dan Singapore Changi Airport (SIN) dengan total durasi perjalanan kurang lebih 18 jam.
Baca Juga: Long Haul Low Cost Carriers, Solusi Terbang Jarak Jauh Tanpa Harus Kuras Dompet!
Ternyata, ada maskapai lain yang ingin mencatatkan namanya sebagai moda pengangkut yang memiliki durasi penerbangan paling lama di dunia, menyaingi maskapai berkode SIA tersebut. Adalah The Flying Kangaroo, maskapai asal Australia ini dikabarkan akan menguji coba daya tahan penumpang ketika melakukan perjalanan selama 19 jam lamanya di udara. Sebagaimana yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman forbes.com (28/8), rencananya Qantas akan menguji coba penerbangan dari New York dan London menuju Sydney ini pada musim gugur mendatang.
Proyek yang bertajuk “Sunrise Project” ini akan melibatkan tiga unit Boeing 787-9 untuk melakoni perjalanan ultra long haul flight ini.
“Penerbangan uji coba ini digunakan untuk mengumpulkan data terkait kesehatan dan kesejahteraan penumpang dan awak pesawat selama penerbangan,” tulis pihak Qantas dalam sebuah siaran pers.
Namun alih-alih menerbangkan penumpang dengan kapasitas selayaknya bangku yang ada di Boeing 787-9, pihak Qantas hanya akan mengangkut 40 penumpang saja – termasuk awak kabin. Ini ditujukan agar penumpang bisa beradaptasi dengan zona perbedaan waktu, dan mereka juga dapat mengatur tata pencahayaan lampu di kabin.
Baca Juga: Inilah Alasan Mengapa Tiket Penerbangan Langsung Jarak Jauh Lebih Mahal
Tidak seperti penerbangan biasa, kelak Qantas akan melengkapi penumpang dengan sensor untuk mengukur porsi tidur, asupan makanan dan minuman, hingga jumlah gerakan penumpang di dalam kabin – karena jika boleh diklasifikasikan, mengudara selama lebih dari ¾ hari merupakan salah satu hal ekstrem yang pernah ada. Maka dari itu, pihak Qantas juga tidak ingin mengambil risiko dari potensi dihadirkannya rute penerbangan ini kelak.
Kelak, hasil dari uji penerbangan yang direncanakan pada bulan Oktober 2019 mendatang ini akan ditelaah lebih lanjut oleh Charles Perkins Centre, Sydney dan Monash University bersama dengan CRC for Alertness, Safety and Productivity.