Berbenah dan berubah menjadi lebih baik pastinya diharapkan semua orang, bahkan moda transportasi pun bisa melakukan hal itu untuk memberikan kenyamanan bagi penumpangnya. Seperti PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang sudah banyak merubah dan membuat penumpang lebih nyaman dibandingkan naik kereta masa lalu.
Baca juga: Mulai 1 Juli 2019, Sistem Aplikasi KAI Access Diambil Alih PT KAI
Sebelum seperti sekarang kereta api ekonomi tidak menggunakan AC dan penumpang berhimpitan seperti naik kereta komuter. Namun kini, perubahan berarti yang dibuat KAI semakin membuat nyaman penumpang dimana kelas bisnis dan ekonomi juga sudah dilengkapi AC dan lebih tertib dari sebelumnya.
Tetapi, dengan adanya hal baru ini banyak yang tak bisa lagi dirasakan. Apa saja sih sebenarnya kenangan yang tak lagi dirasakan penumpang kereta masa kini? Ternyata ada beberapa yang bisa KabarPenumpang.com sampaikan kepada pembaca. Yuk simak hal-hal yang tidak lagi bisa dirasakan.
Berdesak-desakan
Masa lalu naik kereta api, penumpang hanya mendapatkan karcis tanpa nomor bangku sehingga banyak yang berdiri. Inilah yang membuat berdesak-desakan. Bahkan karena hal ini ada saja penumpang yang kehilangan barang sehingga patut berhati-hati. Meski begitu banyak yang berpikir bagaimana tidurnya? Nah, para penumpang yang berdiri ini terkadang menggelar koran mereka di bawah kursi penumpang lain, di lorong hingga di bordes pun di gelar. Bahkan mereka punya cara untuk tidur di tempat bagasi atas kursi penumpang dan toiletpun terkadang jadi sasaran. Tak hanya itu, ketika berdesakan dan tak bisa masuk lewat pintu, penumpang juga masuk dari jendela kereta.
Merokok di kereta
Ya, kala belum berbenah, penumpang kereta tidak dilarang merokok. Bahkan bordes sering menjadi tempat kumpul penumpang yang merokok dan saling bercerita tujuan dan kenapa mereka bepergian. Kalau masa kini, penumpang merokok akan diturunkan di stasiun selanjutnya dan ditindak oleh petugas.
Tertinggal kereta, bisa naik yang selanjutnya
Karena kereta masa lalu penumpang bisa berdiri saat di dalam gerbong. Maka penumpang yang tertinggal kereta sebelumnya bisa ikut naik di kereta selanjutnya, asalkan tujuannya sama. Kalau masa kini, tertinggal kereta, tiket hangus dan harus beli lagi bahkan kemungkinan ikut kereta selanjutnya pun sedikit.
Perjalanan terlambat
Masa kini, keterlambatan bisa dikatakan jarang. Tapi masa lalu, sepertinya ketika kereta terlambat penumpang sudah biasa saja dan tidak mengeluh karena hal itu.
Beli jajanan kereta
Kalau naik kereta masa lalu pasti ingat banyak pedagang yang ikut masuk dalam kereta ketika berhenti di stasiun. Mungkin Anda juga tidak akan lupa dengan teriakan pedangang seperti ‘cangcimen’, ‘kopmi’, ‘narasi’, ‘pecel’. Selain itu ketika kereta berhenti penumpang bisa jajan yang pedagang asongan jajakan. Beberapa diantara stasiun pun menjual makanan khas mereka sehingga bisa sekalian berwisata kuliner. Kalau masa kini jangankan untuk beli jajanan, sepertinya untuk turun menikmati pemandangan sebentar saja bisa tertingal kereta karena tak lama berhenti.
Baca juga: Lokomotif Uap D1410, Kembali Beroperasi Jadi Kereta Wisata di Solo
Pengamen dan penyapu sampah
Dulu petugas kebersihan kereta tidak ada, bahkan tempat sampah pun cukup minim dan ini membuat gerbong kotor dan tak layak untuk kesehatan penumpang. Biasanya bila mendekati stasiun akhir ada orang-orang yang sudah siap dengan sapu mereka untuk membersihkan gerbong, tapi itu tidak gratis dan mereka akan meminta dari penumpang. Namun kini hal itu tak terlihat karena petugas kebersihan kereta sudah ada dan gerbong pun bersih. Sedangkan pengamen biasanya naik seperti di bus kota menyanyi selama perjalanan dan ini tak berhenti di situ saja, karena setiap ganti stasiun pengamen pun silih berganti dan uang receh terkadang tak cukup lagi.
Sebagai penumpang, apakah Anda lebih memilih kereta masa kini atau masa lalu?