Stasiun Tulungagung yang terletak di Jawa Timur dibangun sejalan dengan pembangunan jalur Blitar-Kediri pada tahun 1877. Dahulu stasiun ini sama dengan Stasiun Blitar ataupun Kediri sebagai stasiun besar. Stasiun ini berada di ketinggian +85 meter diatas permukaan laut dan berada dalam Daerah Operasional (Daop) VII Madiun. Letaknya yang tak jauh dari alu-alun, memudahkan masyarakat yang akan naik kereta dari stasiun ini.
Baca juga: KA Pangandaran, Kereta yang Tak Sampai Stasiun Pangandaran
Stasiun ini juga dulunya merupakan stasiun percabangan atau stasiun transit untuk rute Tulungagung-Blitar/Kediri dan Tulungagung-Trenggalek-Tugu. Dulunya, stasiun ini memiliki turn table (pemutar rel) dan beberapa fasilitas megah yang biasa dimiliki oleh stasiun besar.
Bahkan diperkirakan Stasiun Tulungagung memiliki lebih dari lima hingga enam jalur. Dulunya jalur 1 yang kini menjadi ruang sinyal/PPKA/PAP merupakan jalur utama menuju Trenggalek dan kemungkinan besar dibongkar antara tahun 1970-1980-an.
Tak hanya itu, Stasiun Tulungagung sempat memiliki dipo lokomotif, namun kini sudah tidak ada. Tetapi keberadaan foto lokomotif uap seri B19 yang merupakan lokomotif sekelas trem membuktikan adanya dipo lokomotif di stasiun itu. Sayangnya sisa bekas dipo lokomotif tersebut tidak terlihat, tetapi ada tanah lapang yang luas di bagian selatan, cukup untuk dipo lokomotif dengan dua jalur.
Sebuah turn table juga pernah ada di stasiun ini karena dulunya sebagai stasiun besar. Turn table ini digunakan untuk memutar lokomotif dengan arah yang benar apalagi lokomotif uap yang memiliki ketel uap di depan dan kabin di belakangnya. Sayangnya letak bekas turn table itu sendiri juga tak begitu jelas karena tak terlihat lagi sisanya.
Sedangkan jembatan timbang berada di utara stasiun dan kini letaknya tepat di belakang taman bermain Gamma yang berada di belakang pos PJL pasar sore. Keberadaannya masih jelas terlihat, tetapi kondisinya sudah miring dan keropos karena karat dan dibelakang timbangan tersebut juga ada sebuah jalur kereta.
Perangkat operasional yang ada merupakan perangkat lama, salah satunya adalah kendali wesel. Saat jalur 4 masih ada, wesel yang mengarah ke jalur tersebut masih terpasang. Unit wesel itu diperkirakan berusia hampir 100 tahun atau satu abad. Tetapi, sejak adanya pembongkaran jalur 4, perangkat wesel menjadi yang terakhir dibongkar.
Baca juga: “Banyuwangi Baru,” Stasiun di Paling Ujung Timur Pulau Jawa
Bahkan hingga tahun 2014 lalu, kunci wesel masih lengkap dengan kawat yang masih terhubung ke handle sinyal di stasiun. Rumah dinas kepala stasiun berada di sebelah timur peron, dulunya di depan rumah itu ada satu unit wesel yang menghubungkan jalur 5 dan 6. Saat ini Stasiun Tulungagung hanya memiliki 3 jalur dengan jalur 1 merupakan sepur lurus.
Hidupkan jalur kereta api tulungagung-campurdarat-tugu-trenggalek