Jika kita pernah menggunakan kereta api di jalur selatan pasti tak asing lagi dengan stasiun yang berada di ujung timur perbatasan antara Daop 2 Bandung dengan Daop 5 Purwokerto. Nah, bangunan yang digadang-gadang memiliki sejarah yang amat panjang ini adalah Stasiun Banjar yang merupakan stasiun besar tipe B yang terletak di Hegarsari, Pataruman, Kota Banjar, Jawa Barat.
Stasiun yang terletak pada ketinggian +32 meter ini adalah stasiun paling timur dan stasiun aktif yang memiliki ketinggian terendah di Daerah Operasi II Bandung. Sebagai stasiun kelas besar, stasiun ini dapat berfungsi sebagai tempat berhenti kereta api untuk berganti masinis. Terkadang, di stasiun ini juga dilakukan penambahan lokomotif di jalur selatan. Karena semua kereta api wajib berhenti di stasiun ini, pastinya melayani naik dan turun penumpang yang hendak ke arah timur hingga Surabaya serta ke arah barat Bandung hingga Jakarta. Tapi tahukah kalian kalau Stasiun Banjar memiliki sejarah yang panjang? Kabarpenumpang akan mengulasnya berikut ini.
Ternyata Stasiun Banjar sudah berdiri sejak dua abad lalu, tepatnya pada 1 November 1894 dan terlihat masih kokoh hingga saat ini karena perawatan yang rutin. Sehingga stasiun ini masih aktif dan digunakan sebagai penumpang yang hendak naik dan turun kereta api. Fungsi awal Stasiun Banjar yang berada di ujung timur Jawa Barat ini tentunya memiliki beberapa peninggalan bangunan bersejarah. Selain memiliki bangunan yang dirawat oleh PT KAI sebagai bangunan cagar budaya, Stasiun Banjar pun memiliki jalur cabang menuju ke Kabupaten Pangandaran yang aktif hingga 3 Februari 1981.
Sangat disayangkan, jalur menuju Pangandaran hingga Cijulang tersebut sudah tidak digunakan pada saat masa Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) aktif. Padahal dahulu jalur Banjar hingga Cijulang ini dikatakan sebagai urat nadi perjalanan yang amat sibuk karena tak hanya membawa penumpang, namun membawa hasil bumi menggunakan rangkaian gerbong kereta yang diangkutnya. Pada masanya, dari Banjar, penumpang bisa menuju ke Pantai Pangandaran. Jalur Banjar-Pangandaran memiliki terowongan legendaris yang dikenal sebagai terowongan Philip atau akrab disebut Terowongan China.
Nah, kita bergeser sedikit ke arah timur Stasiun Banjar yang merupakan juga aset bersejarah di area tersebut dan memiliki nilai sejarah yang tinggi. Ya, inilah bangunan Depo Lokomotif Banjar juga merupakan bangunan yang dilestarikan sebagai cagar budaya oleh PT KAI. Keberadaan Depo Lokomotif ini sangat vital. Dimana memiliki fungsi sebagai tempat menyimpan, menyiapkan, melakukan pemeriksaan, memelihara, dan perbaikan ringan agar lokomotif siap menarik rangkaian kereta api. Untuk melakukan semua aktivitas itu, keberadaan Depo Lokomotif dilengkapi dengan bangunan, jalan rel khusus untuk pemeliharaan dan pencucian, serta gudang persediaan suku cadang atau komponen.

Depo Lokomotif Banjar terakhir beroperasi pada tahun 1990-an, dimana saat itu masih terdapat aktivitas lokomotif diesel hidrolik yang keluar masuk untuk membawa rangkaian kereta lokal dari Stasiun Banjar menuju Stasiun Kroya pp. dengan rangkaian yang terdiri 2 kereta kelas ekonomi dan 10 gerbong bekas muatan pupuk yang juga digunakan sebagai angkutan penumpang. Kini kondisi Depo Lokomotif tua mulai terbengkalai. Hanya ada dua gerbong barang yang tidak lagi dipakai. Tak hanya bangunan deponya sebagai ikonik peninggalan bersejarah, menara air Stasiun Banjar juga menjadi satu-satunya bangunan bersejarah yang paling menjulang tinggi dan saat ini sangat terawat karena telah dilakukan pengecatan warna abu-abu pada dinding menara.
Tak hanya stasiun, depo lokomotif dan menara air, Stasiun Banjar juga masih memiliki bangunan tua lainnya, yaitu rumah sinyal yang berada di barat dan timur stasiun. Rumah sinyal masih nampak jelas jika kita melewati Stasiun Banjar. Dahulu saat sistem persinyalan masih menggunakan mekanik/manual, rumah sinyal masih digunakan sebagai ruang Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA).
Namun karena saat ini sistem persinyalan stasiun menggunakan persinyalan elektrik produksi Westinghouse Rail Systems, maka Rumah Sinyal Stasiun Kota Banjar kini hanya bangunan kosong dan tetap dipertahankan sebagai bangunan cagar budaya yang perlu dilestarikan. Petugas PPKA pun saat ini mengendalikan persinyalan cukup ruangan PPKA yang berada di peron jalur 1 Stasiun Banjar.
