Hari Pilot Sedunia atau World Pilotsʼ Day jatuh pada tanggal 26 April lalu. Seluruh insan penerbangan merayakannya dengan beragam cara; termasuk Kapten Pelatihan Airbus A350, Chris Pohl. Spesial pada perayaan tersebut, ia berbagi cerita tentang bagaimana repotnya melatih pilot Boeing 747 Virgin Atlantic transisi ke Airbus.
Baca juga: Bisakah Pilot Pesawat Boeing Terbangkan Pesawat Airbus?
Tahun lalu menjadi salah satu sejarah terkelam industri penerbangan dunia. Bukan hanya catat rekor jumlah penumpang, frekuensi penerbangan, dan pendapatan terburuk sepanjang sejarah, tetapi juga banyak maskapai bangkrut dan mempensiunkan pesawat ikonik mereka, seperti Airbus A380 dan Boeing 747.
Untuk Boeing 747, sampai bulan Juni 2020, sederet maskapai tercatat sudah mengumumkan pensiun lebih cepat untuk Queen of the Skies mereka, termasuk Qantas Airways, British Airways, KLM Royal Dutch Airlines, dan Virgin Atlantic.
Khusus untuk Virgin Atlantic, ketika itu, praktis pilot-pilotnya sudah tak memiliki masa depan cerah. Itu terus terjadi sampai setidaknya beberapa bulan belakangan ini, dimana maskapai menatap ada secercah harapan pada liburan musim panas mendatang. Karenanya, maskapai mulai memanggil kembali pilot senior mereka, berusia 50an sampai 60an tahun, yang sudah kadung di-PHK.
Di antara eks pilot yang dipanggil banyak datang dari pilot Boeing 747. Tentu ini jadi suatu tantangan tersendiri bagi maskapai untuk tetap memberdayakan mereka sekalipun Queen of the Skies sudah tak lagi menjadi ratu langit untuk selamanya. Tak ada pilihan lain kecuali pilot-pilot tersebut harus berlatih ulang untuk bisa bekerja, menerbangkan pesawat yang berbeda dari sebelumnya, yaitu Airbus A350.
Sebagai Kapten Pelatihan Airbus, Chris tentu sangat berperan dalam membantu beberapa transisi pilot dari Boeing ke Airbus.
“Januari sangat buruk bagi semua orang, lalu Februari dimulai, dan jadwal saya menjadi lebih sibuk karena kami mulai membawa kembali 747 pilot kami. Saya terlibat dalam pelatihan simulator dan juga pelatihan langsung mereka. Menjadi salah satu orang senior, saya mengerjakan sektor satu dan dua,” katanya.
“Sektor satu dan dua adalah dua penerbangan pertama yang sangat penting. Ini adalah pertama kalinya mereka menerbangkan Airbus di luar simulator, dan mereka benar-benar dapat membawa penumpang ke dalamnya. Terkadang kami memiliki penerbangan kargo. Tetap saja, mereka menerbangkan pesawat sungguhan,” lanjutnya, seperti dikutip dari Simple Flying.
“Kami membawa orang-orang (pilot) ini kembali ke A330 terlebih dahulu. A330 lebih mendasar daripada A350. Setelah mereka memiliki 500 jam di A330, kami baru memberikan mereka type rate ke A350,” tambahnya.
Di fase awal transisi pilot Boeing 747 ke Airbus A330, prosesnya membutuhkan waktu satu bulan untuk memperlajari dasar-dasar menerbangkan pesawat Eropa itu, secara teori maupun praktek di simulator. Setelahnya, pilot mulai menjalani penerbangan langsung selama tiga bulan. Itu akan terus berlangsung sampai para pilot mencapai 500 jam terbang, untuk kemudian beralih ke Airbus A350 dan dipantau secara ketat selama setahun perkembangannya.
Baca juga: 50 Tahun Tak Berjumpa, Awak Kabin dan Pilot Malaysia-Singapore Airlines Reunian
Spesial di Hari Pilot Sedunia, pilot-pilot Virgin Atlantic mungkin bisa dibilang cukup beruntung bisa kembali ke langit. Sebab, di saat yang bersamaan ada banyak pilot yang nasibnya terkatung-katung sampai detik ini.
Terlepas dari hal itu, sekilas tentang sejarah Hari Pilot Sedunia, dilansir applications.icao.int, secara implisit disebutkan, perayaannya setiap tanggal 26 April diambil dari tanggal pendirian International Federation of Air Line Pilots ‘Associations (IFALPA) pada April 1948.