Sebuah fakta mencengangkan hadir di dalam tubuh manufaktur kedirgantaraan terbesar di Amerika, Boeing, dimana sistem anti-stall yang terpasang di varian 737 MAX dapat menimbulkan bencana apabila pilot tidak meresponnya dalam kurun waktu 10 detik. Fakta ini berimplikasi pada ‘bualan’ pihak Boeing yang mengatakan bahwa pilot tidak memerlukan pelatihan tambahan untuk mengoperasikan varian teranyar dari seri 737 ini.
Baca Juga: ‘Penyakit Menahun,’ Boeing Dinilai Kurang Transparan di Setiap Kecelakaan
Seperti yang diwartakan KabarPenumpang.com dari laman irishtimes.com (31/10), fakta ini tesaji manakala CEO Boeing, Dennis Muilenburg memberikan keterangan di hadapan Kongres untuk kedua kalinya pasca kecelakaan dua unit 737 MAX 8 milik Lion Air dan Ethiopian Airlines. Fakta yang terpapar dari mulut Dennis juga menyebutkan bahwa sebenarnya Boeing bisa saja membuat pesawat terkait menjadi lebih aman untuk dioperasikan, seandainya pihak perusahaan tidak terburu-buru dalam pengembangannya. Ya, Boeing memang terkenal selalu bersitegang dengan rivalnya, Airbus dalam urusan pengembangan pesawat.
Ketua Komite Demokrat, Peter DeFazio mengatakan isi dokumen milik Boeing memaparkan bahwa para pilot tidak memerlukan pelatihan khusus untuk bisa menerbangkan varian 737 MAX.
“Pelatihan via simulator akan meningkatkan waktu dan biaya pembelian pesawat secara substansial,” ucap Peter.
Pada dokumen tersebut juga tercatat bahwa pihak Boeing membebankan bea senilai US$1 juta kepada pihak Southwest Airlines yang meminta agar pilotnya mendapatkan pelatihan terlebih dahulu sebelum membeli varian 737 MAX. Jika dikonversi, maka besaran bea yang harus dibayar pihak Southwest Airlines untuk bisa mendapatkan pelatihan adalah berkisar Rp 14 miliar.
Dari sini saja kita bisa menyimpulkan, apabila memang pihak Boeing memiliki niatan untuk terus mempertahankan tahtanya sebagai penguasa lini udara, maka seharusnya perusahaan sudah mencantumkan pelatihan kepada para pilot di dalam paketan pembelian pesawat – atau paling tidak melebihkan harganya sedikit untuk bea pelatihan, bukannya malah menjadikan pelatihan terhadap pilot sebagai opsi yang dijual terpisah.
Jika kasusnya sudah seperti ini, pihak Boeing sendiri yang malah menjadi rugi. Selain harus rela melihat varian 737 MAX grounded di seluruh dunia, pihak perusahaan juga mesti rela harga saham dan reputasinya anjlok.