Implementasi pemerintah untuk menghadirkan kereta cepat tujuan Jakarta – Bandung menemui beberapa hambatan yang mengakibatkan proyek kereta ini tidak kunjung rampung sejak 2008 silam. Walaupun kereta ini menawarkan banyak, tapi tetap saja banyak golongan masyarakat yang seolah menghambat kehadiran kereta ini. Berbeda dengan kereta Argo Parahyangan yang melayani perjalanan rute ini, kereta cepat ini nantinya akan menawarkan beberapa teknologi yang canggih yang memungkinkan para penggunanya merasa jauh lebih nyaman dan lebih menghemat waktu, karena kereta ini diprediksi dapat menghubungkan Jakarta – Bandung dalam waktu hanya 37 menit.
Direktur PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) Hanggoro Budi Wiryawan mengatakan kereta ini mengadopsi sistem kendali CTCS-3 (Chinese Train Control System – 3) untuk menjamin keselamatan para penumpangnya. Sistem kendali ini sejajar dengan ETCS (European Train Control System) level 2 yang dipadukan dengan CTCS – 2. Sistem ini juga dilengkapi dengan GSM – R (Global System for Mobile Comunication – Railway), yaitu sistem standar komunikasi nirkabel internasional yang memungkinkan kereta berkomunikasi dengan kontrol regulasi kereta api pusat. Sistem CTCS – 3 ini sudah tersertifikasi oleh Loyds dan TUV serta sertifikasi Safety Implementation Level (SIL) 4. Untuk sistem komunikasinya sendiri, GSM – R, sudah terbukti andal dan terpercaya.
Hanggoro sendiri mengatakan SIL – 4 ini merupakan sistem persinyalan tertinggi saat ini. “SIL – 4 sederajat dengan teknologi persinyalan dunia seperti Alstom, Siemens, dan Bombardier,” kata Hanggoro seperti yang dikutip dari antaranews.com, Jumat, 29 Janurai 2016. Untuk masalah kecepatan, Hanggoro tidak meragukan kecepatan dari ular besi ini. Kereta cepat ini menggunakan platform teknologi EMU China yang memungkinkan kereta melaju dengan kecepatan 350 km/jam. “Namun untuk saat ini tentu disesuaikan dengan jarak tempuh, yang ditargetkan pada tahap komersial awal, 200 km per jam, sehingga waktu tempuh 140,9 km, sekitar 45 menit,” tambah Hanggoro.
Lebih lagi, mantan Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Ditjen Perkeretaapian di Kementerian Perhubungan itu mengatakan kereta cepat ini dilengkapi dengan sistem teknologi pencegahan, resiko, dan keamanan. Kereta ini juga akan memiliki kendali terkait pemeriksaan, pengawasan dan pemeliharaan secara menyeluruh terhadap berbagai fasilitas. Adapun fasilitas tersebut meliputi unit kereta, jalur, jembatan, sistem sinyal komunikasi dan jaringan kontak, serta pemantauan pergerakan roda dengan rel. Ditambah lagi teknologi pencegahan seperti ini memiliki fasilitas sistem deteksi dini terhadap bencana yang sudah melewati tahap uji komprehensif terhadap sarana dan prasarana untuk meyakinkan kereta dapat beroperasi dengan aman dan tepat melebihi 99% dari standar EMUs.
Dalam kesempatan yang berbeda, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengkaji penerapan dan mengawal alih teknologi proyek kereta cepat ini bersama Indonesia Railway Manufacturer Association (IRMA) dan tentunya bersama PT KCIC. Adapun ruang lingkup kerja sama yang dilakukan oleh 3 perusahaan ini untuk mendukung pembangunan infrastruktur kereta cepat mencakup pembuatan track construction, signal and communication, rolling stock, railway traction power supply, comprehensive maintenance, dispatching, safety and emergency response, passenger service, surveying technology, dan disaster prevention technology.
“Kajian ini dilakukan untuk mendukung percepatan pembangunan proyek itu, juga dilakukan bekerja sama dengan sejumlah pihak,” kata Kepala BPPT Unggul Priyanto pada MoU Kereta Cepat dengan PT KCIC dan IRMA, di Jakarta, Selasa, 26 Juli 2016, seperti yang dilansir dari beritasatu.com.