Tidak ada yang bisa melupakan betapa kelamnya tragedi 11 September 2001, dimana ‘sajian utama’ dari salah satu aksi terorisme terbesar di dunia ini adalah runtuhnya menara kembar World Trade Center (WTC) yang ada di New York, Amerika Serikat. Tidak hanya WTC saja yang menjadi ‘sitting duck’ dalam insiden berdarah ini, tapi juga beberapa spot lain seperti Pentagon dan Washington D. C.
Aksi teror yang bertubi-tubi dalam satu hari paling kelam dalam sejarah Negeri Paman Sam ini memaksa jalur udara di seantoro AS dilumpuhkan oleh FAA (Federal Aviation Administration) untuk sementara waktu, dan otomatis, semua penerbangan baik dari atau menuju Amerika dialihkan menuju bandara terdekat. Kekacauan di jalur udara ini juga ternyata menyelipkan satu cerita dari sudut pandang berbeda akan insiden Nine Eleven ini.
Sebagaimana yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman dfw.cbslocal.com (11/9), seorang pensiunan pilot yang dulu mengabdi kepada American Airlines, Beverley Bass kabarnya tengah melakukan perjalanan dari Paris menuju Bandara Internasional Dallas/Fort Worth. Di tengah perjalanan, Beverley mendapatkan NOTAM (Notice to Airmen) bahwa insiden 9/11 terjadi dan wilayah udara Amerika menjadi area dilarang terbang. Beverley langsung berkoordinasi dengan Air Traffic Control (ATC) terdekat dan memilih untuk melakukan pendaratan di Gander, Newfoundland – sebuah pulau kecil di Kanada yang dihuni oleh 9.400 jiwa.
“Sesampainya di bandara, kami semua masuk ke ruang terminal dan itulah momen pertama saya melihat makanan paling banyak seumur hidup saya,” ujar Beverley.
“Sekitar 7.000 pelancong yang ketakutan memenuhi ruang terminal, dan lama kelamaan mereka mengungsi ke gereja dan sekolah karena bangunan bandara sudah tidak mampu menampung mereka,” tandasnya.
Bisa dibilang, para penumpang yang terperangkap ini mau tidak mau bersosialisasi dengan warga sekitar – bahkan sampai mengingap di rumah-rumah warga di Newfoundland. Beverley mengenang bahwa satu rumah bisa dihuni oleh satu keluarga (pemilik rumah) dan 10 penumpang kurang lebih. Lebih menyesakkannya lagi, masing-masing dari mereka saling tidak berbicara satu sama lain, mengingat mereka berbicara dalam bahasa yang berbeda.
Baca Juga: 10 Pendaratan Dramatis Sepanjang Sejarah Penerbangan
Banyak dari mereka yang merasa sungkan dan tidak enak dengan pemilik rumah yang sudah ‘menghidupinya’ selama masa penampungan.
“Sejatinya mereka semua amatlah baik, dan saya ingin dunia mengetahui bahwa mereka (penduduk di Newfoundland) amatlah baik,” sambung Beverley.
Kendati dipenuhi oleh kesengsaraan dan perasaan tidak enak, namun Beverley menganggap ini sebagai pengalaman tak terlupakan yang sarat akan pembelajaran.