Di balik invasi Airbus untuk merebut ceruk pasar dari Boeing yang kini sedang terseok-seok akibat dua kecelakaan beruntun yang melibatkan pesawat 737 MAX 8, ternyata kabar kurang mengenakkan juga datang dari produsen pesawat asal Benua Biru ini. Dikabarkan Airbus telah pecah kongsi dengan rekan kerjanya, Siemens yang terjalin sejak tahun 2016 lalu. Sebelumnya, Airbus dan Siemens tergabung dalam sebuah kerja sama dalam pengembangan pesawat listrik hybrid.
Baca Juga: Dinilai Bakal Rugikan Persaingan, Uni Eropa Blokir Merger Antara Siemens dan Alstom
Seperti yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman electrive.com (9/5/2019), siaran pers yang diumumkan oleh pihak Airbus menyatakan bahwa adanya perubahan dalam hubungan kerja sama tersebut dama skema yang sedikit tidak langsung. Ternyata tidakhanya dari pihak Airbus saja yang menyatakan bahwa hubungan kerjasamanya sudah berhenti – pun dengan pihak Siemens.
Menurut salah satu juru bicara Siemens, ia mengatakan bahwa, “target yang disepakati ternyata telah rampung satu tahun lebih cepat dari target waktu yang sebelumnya ditentukan,”
“Jadi ketika targetnya sudah tercapai padahal waktu kontraknya masih ada, kenapa kita mesti menunggu hingga waktu kontraknya jatuh tempo?” tandasnya.
Sebelumnya, antara Airbus dan Siemens memang menjalin sebuah kerja sama pada tahun 2016 silam dengan durasi kontrak lima tahun. Itu berarti, seharusnya kontrak ini berakhir pada tahun 2020 mendatang. Rencananya, baik pihak Airbus maupun pihak Siemens akan menginvestasikan ratusan juta selama rentang waktu kerja sama tersebut.
Diketahui, kerja sama yang kini sudah rampung tersebut melibatkan kurang lebihnya 200 tenaga kerja yang terbagi ke dalam tiga kelas thrust (100 kilowatt, lebih dari dua megawatt, hingga 10 megawatt). Mungkin secara signifikan, kerja sama antara kedua perusahaan itu eksklusif untuk model pesawat dengan kapasitas lebih dari 20 orang.
Pada bulan November 2017, Siemens, Airbus dan Rolls Royce mengumumkan bahwa mereka akan mengembangkan jet regional berkapasitas 100 kursi dengan penggerak listrik hibrida untuk turbin pada tahun 2020 mendatang – setidaknya untuk versi uji coba.
Baca Juga: ‘Curi’ Pasar Boeing, Airbus Genjot Produksi A321XLR
Terlihat, hubungan antara Siemens dan Airbus sekarang berubah dari kerja sama yang ambisius menjadi hubungan pemasok belaka. Pernyataan tersebut merupakan hipotesa yang disimpulkan dari Kepala Program Sistem e-Aircraft di Airbus, Martin Nuesseler.
“Hasil yang kami capai sejauh ini membuka jalan menuju masa depan penerbangan listrik hibrida. Kami yakin bahwa Siemens eAircraft akan terus menjadi mitra terdekat Airbus di masa depan,” ujar Martin.
Pemberhentian kerja sama yang diungkapkan kedua belah pihak terjadi secara baik-baik ini belum bisa sepenuhnya diamini begitu saja. Pasalnya ada perubahan di manajemen Airbus, dimana Guillaume Faury baru-baru ini mengambil alih manajemen grup dari Tom Enders. Tentu saja, hal ini harus ditelaah lebih dalam lagi, apakah benar rencana kerja sama antara Airbus dan Siemens sudah rampung? Atau malah ada perubahan strategi yang dilakukan oleh Guillaume?