Singapura menerapkan kebijakan ketat terkait upaya menekan wabah virus corona. Dari sisi kesehatan, kebaijakan tersebut tentu akan sangat mempengaruhi kurva penyebaran Covid-19 di negara kecil itu. Namun, dari sisi ekonomi, kebijakan ketat hanya akan mempersulit perusahaan; tak terkecuali Singapore Airlines.
Maskapai nasional Singapura itu lama dikenal sebagai salah satu maskapai terbaik dan terbesar dengan jaringan rute ke seluruh dunia. Namun, menurunnya traffic penerbangan internasional tentu menjadi pukulan telak Singapore Airlines. Sebab, maskapai itu umumnya memang sangat bergantung pada rute internasional dikarenakan tidak mempunyai rute domestik. Alhasil, kebijakan ketat terhadap turis hampir pasti mematikan bisnis maskapai.
Akan tetapi, Singapore Airlines tak mau tinggal diam. Belakangan, santer dikabarkan maskapai yang mendapat suntikan dana sebesar sebesar 19 miliar dolar Singapura atau Rp218 triliun (kurs Rp 11.292) pada akhir Maret lalu, ditambah kredit pariwisata sebesar US$320 juta atau sekitar Rp5 triliun (kurs Rp 14.900) beberapa waktu lalu ini bakal meluncurkan program “flights to nowhere” atau terbang tanpa tujuan.
Program tersebut umumnya ditujukan ke masyarakat Singapura, mengingat turis dinilai hampir mustahil masuk negara itu. Namun, kalaupun bisa (masuk ke Singapura) tak menutup kemungkinan turis atau traveller juga bisa menikmati penerbangan tanpa tujuan Singapore Airlines.
Laporan The Straits Times, sebagaimana dikutip dari onemileatatime.com, Singapore Airlines saat ini masih terus mencari formula terbaik terbang tiga jam ‘tanpa tujuan’. Diperkirakan, “flights to nowhere” Singapore Airlines baru akan dilaunching pada Oktober mendatang. Penerbangan tanpa tujuan maskapai tersebut nantinya dimulai atau lepas landas dari Bandara Changi, keliling di langit sekitar bandara, dan kemudian mendarat kembali di bandara yang sama.
Sampai saat ini, belum diketahui akan seperti apa layanan on board yang ditawarkan; termasuk pesawat yang akan digunakan serta harga tiket penerbangan tanpa tujuan itu.
Sebelum Singapore Airlines, maskapai EVA Air, China Airlines, dan All Nippon Airways (ANA) sudah lebih dahulu meluncurkan “flights to nowhere” atau terbang tanpa tujuan. Hanya saja, konsep yang ditawarkan berbeda. EVA Air menawarkan “flights to nowhere” dengan tetap memiliki negara tujuan, yakni ke Jepang. Hanya saja, maskapai tersebut tidak mendarat di Negeri Sakura dan kembali ke Taiwan untuk mendarat di bandara yang semula.
Berbeda dengan EVA Air, maskapai Taiwan lainnya, China Airlines lebih ke ranah wisata edukasi. Konsep “flights to nowhere” salah satu maskapai terbesar di Taiwan itu mengajak penumpang masuk ke kabin pesawat tanpa terbang ke suatu destinasi.
Di sini penumpang dapat mengenang pelayanan pramugari dan rasanya duduk di kursi pesawat. Selain itu, maskapai ini juga menawarkan pelajaran menjadi pramugari untuk anak-anak.
Baca juga: Maskapai Jepang Tawarkan Terbang Keliling Dunia Hanya Rp800 Ribuan, Masih Belum Minat?
Selain dapat belajar menjadi pramugari, melalui kegiatan ini para penumpang juga berakting seolah mereka akan liburan ke negara lain. Setiap penumpang tetap harus melakukan check-in, melakukan pemeriksaan paspor, dan bahkan ada petugas keamanan yang siap mengarahkan penumpang menuju pesawat.
Adapun All Nippon Airways (ANA), konsep terbang ‘tanpa tujuan’ maskapai tersebut sedikit banyaknya hampir mirip dengan konsep yang akan ditawarkan Singapore Airlines, yakni terbang keliling langit sekitar bandara dan kemudian mendarat di bandara yang sama.