Ketika berbicara Singaraja di Bali, yang terpikir pertama adalah terkait pembangunan Bandara Bali Utara. Gaung pertamanya dua tahun lalu dan Agustus 2017 akan ada peletakan batu pertama. Namun kabar ini tiba-tiba saja menghilang dan tak jelas apakah akan berlanjut atau berhenti.
Baca juga: 28 Agustus 2017, Jadwal Ground Breaking Bandara Internasional Bali Utara
Jika tidak berlanjut sepertinya sangat disayangkan, pasalnya daerah Bali Utara juga terkenal dengan tempat-tempat wisatanya meski jarang terjamah wisatawan. Tetapi bila berlanjut, daerah Bali Utara juga bisa sama terkenalnya dengan Bali Selatan seperti Denpasar.
Ternyata dilansir KabarPenumpang.com dari airport-technology.com (29/7/2019), Bandara internasional ini akan dibangun di desa utara Kubutambahan. Usulan rencanya adalah akan mengakomodasi semua maskapai berbiaya hemat (LCC).
Selain itu, kehadiran bandara ini juga untuk mengurangi beban Bandar Internasional I Gusti Ngurah Rai di Denpasar yang penumpangnya semakin melonjak dari hari ke hari. Tak hanya itu, kehadiran bandara baru di Bali Utara juga memangkas jalan dari Denpasar ke Singaraja yang memakan waktu dua setengah jam menjadi satu setengah jam.
Adapun konstruksi pembangunan dijadwalkan mulai tahun depan. Berdasarkan rencana tersebut, hampir 70 persen penerbangan yang dioperasikan oleh maskapai berbiaya rendah Jetstar, Air Asia, dan Lion Air akan mendarat di Bali utara.
Untuk menenangkan wisatawan, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi juga telah menyarankan kemungkinan membangun kereta api pertama di Bali untuk mengangkut penumpang ke selatan secara gratis.
Seperti diberitakan sebelumnya, pembangunan bandara di wilayah Buleleng nampaknya belum dapat diwujudkan dalam kurun lima tahun ke depan. Pemerintah Pusat tak kunjung mengeluarkan izin penetapan lokasi (penlok), sebab Pemerintah Provinsi Bali dinilai harus mengembangkan infrastruktur jalan menuju ke Buleleng terlebih dahulu.
Budi Karya mengatakan, pihaknya sudah membahas dalam rapat koordinasi terkait prosedur pembangunan tergantung infrastruktur akses dari dan menuju ke Bali Utara. Akses itu bisa berupa jalan tol, kereta api atau highway.
“Tidak mungkin kita membangun Bandara Bali Utara tanpa ada infrastruktur akses jalan. Karena untuk membangun satu bandara kan maksimal tiga tahun baru selesai, dan lokasi tidak berubah tetap di sana nanti,” kata Budi Karya.
Gubernur Bali, Wayan Koster menyebutkan, terkait pembangunan bandara di wilayah Bali Utara hanya masalah waktu. Pembangunan shortcut atau jalan baru batas kota Singaraja-Mengwitani dinilai Koster belum cukup.
Baca juga: Moda Transportasi di Bandara Ngurah Rai dan Hasanuddin, Antara Fakta dan Harapan
Untuk itu pihaknya telah menyiapkan beberapa alternatif berupa membangun rel kereta api, atau bypass berkombinasi dengan tol. Kedua alternatif itu diakui Koster, masih dalam tahap kajian.
“Kereta api atau bypass kombinasi dengan tol itu akan dilakukan studi lebih dulu. Makanya penlok belum turun. Jangan sampai seperti Bandara di Kertajati (Jawa Barat). Bandaranya ada, tapi aksesnya belum cukup. Akhirnya lumutan Bandaranya,” kata Koster.