Belum lama ini, situs FlightRadar24.com mencatat adanya pergerakan Antonov An-225 setelah 18 bulan atau sejak Oktober 2018 silam pesawat mulai menjalani program pemeliharaan dan peningkatan besar atau moderniasasi. Pihak perusahaan tidak menjelaskan secara detail apa saja komponen yang dimodernisasi pada pesawat dengan kemampuan angkut sebesar 250 ton tersebut.
Baca juga: Oleg Konstantinovich Antonov – Sosok Legendaris di Balik Nama Besar “The Mammoth” An-225
Meski demikian, diketahui, pesawat yang merupakan kombinasi dari desain jadul dan inovasi modern, mencakup sistem kontrol fly-by-wire dan hidraulik triple-redundan, serta memiliki roda pendarat utama yang berjumlah 32 roda tersebut telah menerima sistem avionik yang lebih baik dan setidaknya satu mesin baru dari pemasok Ivchenko-Progress. Hal itu tentu membawa angin segar bagi para pecinta aviasi untuk tetap melihat burung besi terbesar sejagat tersebut tetap terus mengudara dengan beberapa peningkatan tersebut.
Dilansir popularmechanics.com, pada penerbangan Rabu lalu waktu setempat itu, Antonov An-225 tercatat mengudara selama dua jam di atas pedesaan Kiev, Ukraina sebelum akhirnya kembali ke Antonov Aiport (GML). Lapangan terbang ini dimiliki oleh perusahaan dan berfungsi sebagai riset and development atau R&D utama dan pusat uji terbang untuk tugas berat pesawat kargo tersebut.
Sebelum muncul kembali di Kiev, Ukraina, para pecinta aviasi memang kerap menunggu momen mengudaranya Antonov An-225. Sebab, pada umumnya, Antonov tidak mempublikasikan jadwal penerbangannya akibat jarang terbang. Selain harus terbang dengan muatan penuh atau setidaknya 70 persen dari kapasitas, pesawat raksasa itu jarang mengangkasa juga lantaran biaya operasionalnya sangat mahal sehingga membuat peminat sangat sedikit.
Untuk sekali terbang selama satu jam, penggunanya harus merogoh kocek sekitar $30.000 atau hampir Rp492 juta per jam, tak terlalu berbanding jauh dengan pesawat komersial terbesar di dunia, Airbus A380 yang menghabiskan setidaknya $28 ribu atau Rp464 juta per jam. Bahkan, sepanjang 2016, pesawat berjuluk ‘Mriya’ (‘Mimpi’ dalam bahasa Indonesia), hanya mengudara selama tiga bulan dalam dua misi penerbangan. Sembilan bulan sisanya, ‘Mriya’ tidur dan bermimpi.
Tetapi, meski demikian, secara rutin, pesawat tersebut memang kerap muncul di tempat-tempat yang jauh seperti Afrika Barat, sudut terpencil Amerika Selatan, atau Pedalaman Australia — di samping tujuan yang lebih akrab seperti di Eropa, Timur Tengah, dan Asia; termasuk juga ke AS.
Baca juga: Bicara Dimensi dan Bobot, Lima Pesawat Ini Masih Juara
Pesawat Antonov An-225 awalnya dirancang sebagai pengangkut pesawat ulang-alik Buran milik Uni Soviet. Setelah Uni Soviet bubar, An-225 terpaksa mencari misi lainnya sebagai pesawat kargo, kata Alexander Galunenko, orang pertama yang menerbangkan An-225.
An-225 pertama kali mengudara pada 21 Desember 1988. Pesawat berbobot terbang maksimum (MTOW) 640.000 kg, dengan enam mesin jet, dan memiliki panjang sayap 290 kaki atau setara dengan 88 meter ini diawaki oleh enam orang.
.