Sepur atau yang biasa dikenal dengan rel kereta ternyata memiliki berbagai macam. Salah satunya adalah sepur badug. Sebenarnya ini sepur atau rel kereta yang seperti apa? Penasaran?
Baca juga: Sepur Trutuk, Sejarah Jalur Kediri-Jombang
KabarPenumpang.com merangkum dari wikipedia.org, sepur badug merupakan rel buntu dalam istilah khusus perkeretaapian. Di mana ini adalah alat bantu untuk mencegah sarana perkeretaapian keluar dari ujung rel.
Desainnya sendiri pun bergantung pada jenis alat perangkai yang digunakan pada kereta api. Ini karena ujung alat perangkai adalah bagian pertama dari kendaraan yang menyentuh badug.
Badug memiliki arti dalam bahasa Inggris “buffer stop”, ini karena rel kereta api di Inggris pada prinsipnya menggunakan buffer atau boper untuk menyambung antar rangkaian. Sepur badug memiliki berbagai jenis yang telah dikembangkan yakni badug dengan anticlimber.
Ini penting dalam pengoperasian kereta api penumpang cepat karena anticlimber mencegah efek teleskopik dari gerbong kereta ketika terjadi tabrakan berhadapan. Kemudian ada badug untuk alat perangkai AAR, badug dengan penyangga di kedua sisinya, badug hidraulis dan badug beton dengan pasir.
Biasanya jika ada sedikit ruang tambahan di belakang blok badug, maka ada pasir atau ballast drag yang dirancang untuk mencegah kereta terpeleset saat anjlok. Karena memiliki massa besar, kereta api melepaskan sejumlah energi kinetik saat tabrakan dengan badug.
Dengan badug yang keras, ini hanya bisa mengatasi pengaruh gaya dan kecepatan sangat rendah dengan aman yakni dalam posisi hampir stasioner. Sehingga untuk meningkatkan kinerja penghentian sarana, maka diperlukan kompresi atau gesekan dalam melepas energi.
Saat ini untuk diketahui, badug yang mampu menyerap energi besar tengah dikembangkan. Kecelakaan di sepur badug pun pernah terjadi yakni pada 29 Agustus 2015 lalu, lokomotif CC206 15 07 yang sudah diberi plat nomor menabrak sepur badug dan sebuah warung di dekat Balai Yasa Yogyakarta karena gagal uji rem.
Baca juga: Mengenal Riwayat Kereta Komuter Diesel di Indonesia
Manager corporate communication Daop 6 Jogja, Gatut Sutiyatmoko, meyakini bahwa kejadian tersebut murni disebabkan oleh kegagalan rem. Saat itu Balai Yasa bekerja sama dengan GE Transportation untuk mengujicobakan lokomotif CC206.