Operasional di Terminal 2 Bandara Changi akhirnya akan ditangguhkan selama 18 bulan, mulai 1 Mei hingga Oktober 2021 mendatang untuk menghemat biaya operasional. Hal itu disampaikan langsung oleh Menteri Transportasi Khaw Boon Wan dalam sebuah pernyataan di depan parlemen. Adanya penutupan tersebut, praktis operasional Terminal 2 akan dialihkan ke terminal lainnya. Adapun Singapore Airlines dikabarkan akan mengalihkan operasional ke Terminal 3.
Baca juga: Changi Airport, Bandara Terbaik di Dunia yang ‘Didirikan’ Para Tawanan Jepang
Changi Airport Group (CAG) sendiri selaku operator bandara mengatakan pihaknya memutuskan untuk melakukan hal tersebut mengingat turunnya arus keluar masuk penumpang, baik transit atau penumpang dari dan ke Singapura. Di samping itu, penutupan selama 18 bulan tersebut dilakukan atas dasar asumsi yang dikembangkan dengan melihat fakta yang ada. Hasilnya, pihak CAG menilai kemungkinan permintaan perjalanan udara tidak akan kembali seperti sediakala, sebelum adanya Covid-19, dalam waktu dekat.
Prediksi tersebut tentu cukup fantastis dibanding prediksi dari International Air Transport Association (IATA). Pada akhir Februari lalu, IATA telah berasumsi, jika corona sama dengan wabah SARS beberapa tahun lalu, maka, proses recovery sampai akhirnya benar-benar pulih kembali bisa mencapai 9 bulan atau 9 bulan lebih sedikit dibanding prediksi dari CAG.
“Untuk bisa pulih sebelumnya sepertinya tidak mungkin. Sebagian operasional mungkin akan kembali pulih tahun depan, jadi kami harus siap saat semuanya sudah kembali pulih,” kata Menteri Transportasi, Khaw Boon Wan.
Bak sambil menyelam minum air, penutupan tersebut pun dimanfaatkan oleh stakeholder untuk melakukan proses perbaikan di Terminal 2. Dengan ditutupnya Terminal 2 ini, proyek pengerjaan perbaikan bisa dipersingkat hingga satu tahun dari perkiraan semula yakni selesai di tahun 2024.
“Yang penting, ini juga memungkinkan kami untuk mempercepat pekerjaan peningkatan di Terminal 2 yang saat ini berjalan dan mempersingkat waktu proyek hingga satu tahun,” kata Khaw di parlemen.
Dengan ditutupnya Terminal 2 Bandara Changi pula, otomatis CAG dan seluruh tenant bisa menghemat biaya operasional serta mengoptimalkan sumber daya di terminal lainnya agar disesuaikan dengan permintaan yang notabene tengah menurun tajam.
Selain itu, CAG menambahkan bahwa mereka telah secara signifikan mengurangi operasional di Terminal 4, karena jumlah penerbangan yang sangat sedikit. Bahkan, saat ini CAG tengah mempertimbangkan penangguhan operasi sementara di Terminal 4 jika maskapai yang tersisa memilih untuk menangguhkan atau menyesuaikan jadwal penerbangan mereka. Hal itu dimaksudkan agar bandara bisa menata diri. Ketika kondisi benar-benar pulih kembali, mereka bisa kembali memberikan pelayanan terbaik.
“Kami bisa saja menutup satu atau dua terminal, akan tetapu kami harus memikirkan segalanya setelah wabah ini usai,” tambah Khaw, sebagaimana dikutip dari straitstimes.com.
Baca juga: Pangkas 96 Persen Kapasitas Penerbangan, Singapore Airlines Diambang Kebangkrutan?
Sementara itu, Wakil Perdana Menteri Heng Swee Keat bulan lalu mengatakan bahwa jumlah penumpang yang tiba di bandara telah mengalami penurunan lebih dari 90 persen sejak wabah Covid-19 menyebar luas ke seluruh dunia pada Februari lalu. Maka dari itu, tak heran bila Singapore Airlines Group memangkas kapasitas kursi hingga 96 persen hingga akhir April mendatang.
Akan tetapi, mengingat pentingnya posisi Bandara Changi dan Singapore Airlines (SIA) dalam menyokong pendapatan negara, pemerintah pun bergerak cepat untuk menyelamatkan bisnis serta posisi Changi dan SIA sebagai salah satu pelaku industri penerbangan terbaik di dunia. Oleh karenanya, kedua unit bisnis tersebut terus didorong untuk tetap melakukan sejumlah pengerjaan guna terus bertahan di tengah pandemi corona.