Stasiun Kertosono yang berada di Banaran, Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur merupakan stasiun kereta api kelas besar tipe B. Berada di ketinggian +43 mdpl ini masuk dalam Daerah Operasional (Daop) VII Madiun dan terletak di paling timur kabupaten Nganjuk. Memiliki tujuh jalur dengan jalur 1 sebagai sepur lurus, Stasiun Kertosono sendiri ternyata hanya mengoperasikan jalur 1-5 dan menggunakan sistem persinyalan elektrik.
Baca juga: Sempat Jadi Tempat Persusulan Kereta, Stasiun Wojo Direaktivasi Untuk Transit Kereta Bandara
Dirangkum KabarPenumpang.com dari berbagai laman sumber, stasiun ini juga dilengkapi dengan sub dipo lokomotif dan pada tahun 2013-2014 lalu, PT Kereta Api Indonesia (KAI) sempat memberlakukan kebijakan setiap kereta hanya bisa melintas langsung di Stasiun Kertosono ini. Hal tersebut dilakukan untuk mensterilkan stasiun dari pengamen dan pedagang asongan.
Bahkan kereta api Rapih Dhoho harus memutar lokomotifnya di Stasiun Baron atau Sukmoro dan rute KRD Kertosono di perpendek hingga Stasiun Jombang saja. Hingga akhirnya pada 1 April 2015, Stasiun Kertosono kembali melayani penumpang. Penumpang yang naik turun dari stasiun ini pun tak hanya dari Kertosono saja melainkan dari luar kecamatan.
Sebelum seperti saat ini pada tahun 1960 hingga 1980, Stasiun Kertosono merupakan stasiun kereta api kelas I atau besar. Stasiun ini didesain sebagai persimpangan jalur Madiun-Surabaya-Kediri-Blitar. Pada pembangunannya, jalur percabangan memang sengaja dibangun di seberang sungai agar menghemat biaya dengan tidak membangun dua buah jembatan. Percabangan ini dibuat simetris sehingga percabangan tersebut dikenal dengan sebutan “Simetri Kertosono”, meskipun letaknya sudah masuk wilayah Kabupaten Jombang.
Dipo yang ada di Stasiun Kertososo sendoro berfungsi sebagai bengkel perawatan lokomotif serta gerbong-gerbong kereta. Pada masa lalu, lokomotif yang dirawat masih menggunakan uap. Stasiun ini memiliki tiga bangunan menara pengawas yang dulunya disebut Sign-Huis atau rumah sinyal yang letaknya di ujung timur, barat dan persimpangan rel arah Blitar/Kediri dekat sungai Brantas, tetapi bagunan-bangunan itu kini sudah dibongkar.
Telekomunikasi antar stasiun saat itu masih menggunakan telepon dan telegraph. Stasiun Kertosono juga memiliki jalur kereta lori yang disebut warga sekitar motik. Rel ini menghubungkan stasiun dengan pabrik gula Lestari untuk mengangkut limbah gula yang akan dikirim dan didaur ulang.
Baca juga: Stasiun Labuan di Medan, Jalur Pertama Perkeretaapian Sumatera Utara
Jalur lori tersebut hingga kini masih bisa terlihat di depan Stasiun Kertosono sekarang. Tak hanya itu banyak gerbong barang, tangki minyak dan gerbong penumpang yang selalu mangkal di stasiun ini. Karena stasiun ini juga merupakan jalur distribusi barang dan minyak.