Temasek International, pemilik saham mayoritas (55 persen) Singapore Airlines (SIA), dan beberapa perusahaan lainnya dikabarkan akan menyuntikkan dana sebesar 19 miliar dolar Singapura atau Rp218 triliun (kurs Rp 11.292) ke maskapai flag carrier Singapura tersebut. Bila terwujud, hal itu digadang-gadang akan menjadi langkah penyelamatan terbesar terhadap sebuah maskapai di tengah wabah virus corona.
Baca juga: Pangkas 96 Persen Kapasitas Penerbangan, Singapore Airlines Diambang Kebangkrutan?
Rencananya, Singapore Airlines Limited, induk SIA, akan menawarkan kepada semua pemegang saham ekuitas baru senilai 5,3 miliar dolar Singapura dan akan meningkatkan ekuitas hingga bernilai sebesar 9,7 miliar dolar Singapura melalui Obligasi Konversi selama 10 tahun menghadapi ketidakpastian dari Covid-19.
Seperti dikutip dari aljazeera.com, CEO Temasek International, Dilhan Pillay Sandrasegara, mengatakan kesepakatan (untuk mengucurkan dana sebesar Rp218 triliun) dinilai tidak hanya akan membantu SIA dalam mengatasi tantangan likuiditas keuangan jangka pendek di tengah pandemi Covid-19, tetapi juga akan memposisikan SIA untuk pertumbuhan ketika pandemi Covid-19 telah benar-benar lenyap dari muka bumi.
“Kami sepenuhnya mendukung rencana transformasi SIA, termasuk modernisasi armadanya. Pengiriman pesawat generasi baru selama beberapa tahun ke depan akan memberikan efisiensi bahan bakar yang lebih baik serta memenuhi strategi ekspansi kapasitasnya,” ujarnya.
Selain mendapat kucuran dari Temasek International, SIA juga dikabarkan telah memperoleh fasilitas pinjaman sebesar 4 miliar dolar Singapura atau Rp45 triliun dari salah satu kreditur terbesar di Singapura, DBS Group Holdings Ltd. Tak seperti Temasek International yang menjangkau proyeksi jangka pendek dan panjang, pinjaman dari DBS Group disebut hanya untuk mendukung persyaratan likuiditas jangka pendek.
Dengan suntikan dana sebesar 19 miliar dolar Singapura atau Rp218 triliun tersebut, maskapai terbaik pada tahun 2018 silam versi Skytrax itu otomatis akan mengalahkan suntikan dana yang diterima maskapai-maskapai besar lainnya di dunia, seperti American Airlines Group atau bahkan Qantas Airways.
American Airlines Group sejauh ini dikabarkan telah memenuhi persyaratan untuk mendapatkan kucuran dana sebesar $12 miliar atau Rp196 triliun sebagai bagian dari paket pinjaman dan hibah dari pemerintah AS sebesar $ 58 miliar atau Rp949 triliun untuk maskapai penerbangan. Adapun Qantas, disebut hanya akan mendapatkan dana sebesar $636,1 juta atau sebesar Rp10 triliun (kurs Rp16.009).
Sebelumnya, dilansir Bloomberg, SIA bersama dengan dua anak perusahaannya, SilkAir dan Scoot, akan menggrounded 185 pesawat dari total 196, termasuk di dalamnya pesawa terbesar di dunia, Airbus A380 dan Boeing 787 Dreamliner. Hal tersebut adalah bagian dari rencana perusahaan untuk memangkas kapasitas kursi sebesar 96 persen hingga akhir April.
Baca juga: Virus Corona Bikin Singapore Airlines Turun Kelas Jadi Maskapai LCC?
Di samping itu, flag carrier Singapura tersebut juga akan melakukan berbagai langkah efisiensi lainnya, seperti menunda pengiriman pesawat dan memotong gaji karyawan guna menekan tingginya pengeluaran.
CEO Singapore Airlines, Goh Choon Phong, menyebut bahwa pihaknya akan mulai menjalankan skema pemotongan gaji tersebut pada bulan ini dengan persentase pemotongan sebanyak 15 persen dari angka (gaji) normal serta menawarkan cuti tanpa dibayar. Hal itu pun juga berlaku untuk karyawan senior dan dewan direksi. Hanya saja, untuk keduanya, belum diketahui berapakah persentase pemotongannya.