Sebelum mencapai runway dan melaju di kecepatan tinggi agar bisa mendapatkan daya angkat sempurna, pesawat terlebih dahulu harus pushback dan taxiing dari tarmac ke taxiway. Sudah pasti kecepatan pesawat saat taxiing tidak secepat melesat di runway. Lantas, berapa kecepatan pesawat saat taxiing?
Baca juga: Pesawat Taxiing dengan Dua Mesin, Pilot Qatar Airways Terancam di PHK
Pada prinsipnya, kecepatan pesawat saat taxiing di taxiway sangat tergantung dengan berbagai hal, mulai dari keterbatasan pesawat, lalu lintas di taxiway dan bandara, aturan dari regulator dan maskapai, prosedur bandara dan otoritas kota, kondisi taxiway (basah, bersallju, kering, berpasir), sampai tingkat kenyamanan pilot.
Sampai di sini, bisa dibilang, tidak ada keseragaman kecepatan pesawat di seluruh dunia saat taxiing. Sebab, kecepatan pesawat saat taxiing adalah kecepatan versi masing-masing pilot.
Di antara berbagai faktor di atas, pada prakteknya di lapangan, pilot lebih memprioritaskan cuaca. Pada lintas kering, pilot umumnya menjaga kecepatan sekitar 23 knot sampai 30 knot. Saat di belokan, kecepatan berkurang setengahnya menjadi sekitar maksimal 15 knot, menjaga agar ban depan tidak tergelincir (selip).
Pada lintasan basah, bersalju, dan berpasir, pilot umumnya hanya membawa pesawat di kecepatan maksimal 15 knot di lintas lurus dan berkurang setengahnya menjadi tujuh knot saat di belokan.
Kondisi lintasan tersebut juga terintegrasi dengan pertimbangan lainnya, yaitu dari segi berat total pesawat setelah dimaut kargo dan penumpang.
Meski begitu, tidak jarang pilot yang dengan sadar membawa pesawat melesat lebih cepat dari biasanya saat taxiing di taxiway. Menurut keterangan Randy Duncan, pilot aktif di salah satu maskapai di Amerika Serikat (AS), tak sedikit rekan-rekannya sesama pilot yang bercerita bahwa mereka lebih mengutamakan kenyaman mereka.
Turunan dari itu, pilot banyak yang taxiing di kecepatan lebih dari 30 knot dan ini lumrah terjadi. Saking lumrahnya, salah satu rekan pilotnya bahkan bablas taxiing di taxiway sampai kecepatan 80 knot. Tidak disebutkan dengan jelas saat ini bagaimana kondisi bandara, entah itu sepi dan di saat yang bersamaan jadwal pesawat sangat padat, dan lain sebagainya.
Melihat ada pesawat melaju di kecepatan 80 knot saat taxiing tentu saja tak membuat otoritas bandara diam. Data FOQA (Flight Operations Quality Assurance) yang mencatat pesawat taxiing di kecepatan 80 knot pun dibagikan ke maskapai.
Sejurus kemudian, pilot tersebut pun diskors selama beberapa waktu atau cuti tanpa dibayar. Setelah masa cuti tanpa dibayarnya habis, pilot tersebut tak langsung terbang seperti biasa melainkan harus menjalani pelatihan ekstensif terlebih dahulu.
Secara umum, semakin besar pesawat semakin rendah pula kecepatan pesawatnya. Sebab, dengan bobot berat, bentang sayap panjang, dan jarak pandang, adalah masalah bagi pilot. Begitupun sebaliknya, pada pesawat narrowbody, pilot biasanya membawa pesawat taxiing lebih cepat.
Baca juga: Kenapa Pesawat Terbang Tidak Bisa Mundur atau Self-Pushback Saat di Bandara? Ini Jawabannya
Walaupun kecepatan pesawat bisa berbeda-beda saat taxiing, satu hal yang pasti, pesawat harus taxiing dengan setengah dari total mesin dengan alasan efisiensi. Pada pesawat narrow body, itu berarti pesawat taxiing dengan satu mesin dan pada widebody quadjet itu berarti pesawat taxiing dengan dua mesin.
Selama proses taxiing, terdapat indikator kecepatan pesawat atau ground speed (GS) akurat berbasis GPS di layar PFD (Primary Flight Display) di kokpit.