Monday, November 25, 2024
HomeAnalisa AngkutanSeberapa Bahaya Turbulensi Pesawat?

Seberapa Bahaya Turbulensi Pesawat?

Bagi sebagian orang, bepergian dengan menggunakan pesawat mungkin jadi salah satu hal yang menyenangkan. Selain dapat mempersingkat waktu, pemandangan di luar pesawat dari ketinggian tertentu juga dapat menjadi obat penghilang rasa jenuh selama di udara. Belum lagi berbagai hiburan yang disediakan maskapai, lengkap sudah pengalaman menarik di udara.

Baca juga: Selain Berdoa, Inilah Tiga Tips Ampuh Saat Menghadapi Turbulensi

Akan tetapi, semua euforia yang terjadi di udara seketika sirna saat cuaca buruk menghadang. Terlebih ketika awan cumulonimbus memenuhi sekeliling pesawat dalam jumlah yang banyak. Dijamin penerbangan akan menjadi horor. Pesawat widebody semisal A380 dan Boeing 747 sekalipun tak kuasa menahan ‘serangan’ awan yang bisa menghasilkan badai petir dan cuaca dingin tersebut.

Terlepas dari tingkat turbulensi dan intensitasnya, sebetulnya seberapa berbahaya turbulensi pada pesawat?

Dilansir Aerotime Aero, turbulensi bisa dibilang sebagai salah satu misteri besar fisika. Baik matematikawan maupun fisikawan keduanya belum mampu memecahkan misteri turbulensi.

Di benak banyak orang, turbulensi pesawat umumnya terjadi di tengah cuaca buruk, badai, dan sejenisnya. Faktanya, tidak selalu demikian. Di langit yang cerah sekalipun, turbulensi pesawat atau biasa juga disebut turbulensi udara kerap terjadi.

Turbulensi yang ada saat ini sering disebut para ilmuan sebagai chaos. Itu terjadi ketika semburan energi masuk ke udara yang dilalui pesawat. Energi ini menyebabkan perubahan tekanan dan kecepatan aliran udara yang mengarah ke arus udara yang kuat yang bergerak ke arah yang berbeda.

Saat sebuah pesawat masuk ke arus seperti itu, ia seolah-olah jatuh (ini disebut ilusi somatogravik di mana otak menafsirkan perlambatan sebagai pesawat meluncur ke bawah, padahal sebenarnya, perubahan ketinggian hampir tidak mencapai beberapa meter) atau memantul pada gundukan yang sangat curam.

Pesawat biasanya mengalami turbulensi saat terbang melalui kantong udara yang naik dan turun yang disebut pusaran. Mereka terbentuk di sepanjang tepi depan badai petir, yang coba dilewati oleh pesawat. Pusaran ini tidak terlihat di radar dan sulit untuk menentukan batas-batas zona turbulensi sebelum pesawat dibawa pilot melewati rute lain.

Setidaknya, ada enam jenis turbulensi pesawat di dunia. Beberapa di antaranya mungkin pernah dirasakan penumpang tanpa sadar bahwa itu adalah bagian dari turbulensi pesawat. Selengkapnya tentang enam jenis turbulensi pesawat bisa dibaca di sini.

Turbulensi pesawat terbagi menjadi tiga; lemah, sedang, dan turbulensi parah. Turbulensi lemah biasanya terdapat sedikit guncangan pada pesawat dan membuat penumpang sedikit tidak nyaman. Namun secara umum penerbangan masih normal.

Turbulensi sedang sudah pasti membuat penumpang lebih tidak nyaman dibanding turbulensi lemah. Guncangannya pun sudah pasti lebih kuat.

Turbulensi jenis ini bisa diibaratkan seperti bus atau mobil yang ngerem mendadak ataupun menikung tajamdan berpotensi membuat penumpang terluka atau cedera. Karenanya, tak heran bila pilot meminta penumpang dan kru kembali ke tempat duduk dan menggunakan seat belt.

Baca juga: Gegara Pemanasan Global, Penumpang Pesawat Bakal Rasakan Turbulensi 3x Lipat

Turbulensi parah atau kuat adalah satu-satunya kategori turbulensi pesawat yang dianggap berbahaya bagi penerbangan. Turbulensi jenis ini sangat mungkin untuk membuat pilot kehilangan kendali pada mesin untuk sementara.

Meski begitu, pesawat didesain untuk menghadapi turbulensi jauh lebih parah dari yang pernah dialami dan faktanya hampir tidak ada pesawat yang kecelakaan karena turbulensi. Dengan demikian, bisa dibilang turbulensi tidak berbahaya dan lebih cenderung ke arah membuat penumpang menjadi tidak nyaman.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru