Satelit GPS III-SV04 milik Angkatan Luar Angkasa Amerika Serikat (AS) atau US Space Force sukses meluncur pada Kamis, 5 November lalu. Satelit seberat 2 ton lebih yang mengorbit di ketinggian sekitar 12.500 mil itu meluncur bersama Roket Falcon 9 dari Space Launch Complex 40 di Stasiun Angkatan Udara Cape Canaveral, AS.
Baca juga: Foto Citra Satelit “Before-After” Kawah Bekas Ledakan Besar di Beirut Lebanon
Penerbangan satelit ini menandai pengiriman GPS ketiga untuk SpaceX. Rencananya, militer AS akan meluncurkan 10 satelit GPS untuk menggantikan seluruh satelit lama yang saat ini beredar di konstelasi.
Disadari atau tidak, manfaat dari satelit GPS III sangat terasa di kehidupan sehari-hari, seperti mencatat transaksi keuangan dan perdagangan saham, panggilan telepon, ramalan cuaca, deteksi gempa bumi, hingga menjaga jaringan listrik tetap bekerja. Selain itu, tentu saja GPS atau Global Positioning System sangat berguna sebagai penunjuk arah.
“Ini lebih dari sekadar petunjuk arah mengemudi,” kata Tonya Ladwig, wakil presiden sistem navigasi luar angkasa Lockheed Martin, divisi yang membuat satelit tersebut, sebagaimana dikutip dari cnet.com.
Saking berdampaknya, pundi-pundi uang yang dihasilkan pun juga cukup besar. Menurut sebuah studi tahun lalu yang dipimpin oleh Institut Standar dan Teknologi Nasional, GPS memiliki dampak ekonomi sekitar US$1 miliar per hari di AS. Itu baru di AS, bagaimana dengan dunia? Terkait itu, Greg Milner, seorang penulils asal AS mungkin punya jawabannya.
“Mengukur nilai keseluruhan GPS hampir tidak mungkin,” tulis Greg Milner dalam Pinpoint, sebuah buku keluaran tahun 2016 tentang bagaimana sistem berbasis ruang angkasa muncul dan pengaruhnya terhadap dunia.
Pertanyaannya, bagaimana GPS bekerja hingga menjadi se-vital itu? Saat ini, setidaknya ada sekitar 31 satelit di konstelasi GPS dan 24 di antaranya dianggap tak terlalu canggih. Kesemua satelit memancarkan sinyal dan ditangkap oleh ponsel di darat.
Sampai di sini, GPS sebetulnya belum bisa menemukan lokasi ponsel berada, hanya bisa memancarkan sinyal dan diterima ponsel, layaknya siaran radio. Untuk bisa menemukan sebuah lokasi, dibutuhkan integrasi serta pengaturan waktu dalam bentuk lintang, bujur, dan ketinggian – serta kecepatan dan arah. Di sinilah Google Maps, Apple Maps, dan sistem informasi geografis lainnya berperan.
Kembali ke GPS III, satelit seri keempat buatan Locheed Martin ini tentu memiliki sejumlah keunggulan dibanding GPS pendahulunya yang pertama kali diluncurkan pada April 1995. GPS III dinilai akan membuat sinyal tiga kali lebih kuat, anti buffering hingga delapan kali lipat, dan mampu bertahan di orbit hingga 15 tahun.
Baca juga: Airbus A320 Qingdao Airlines Dilengkapi Sistem Internet Satelit Berkecepatan Tinggi 100 Mbps
Tak hanya itu, GPS III juga terintegrasi dengan satelit Galileo milik Uni Eropa; dan sebaliknya, tidak terintegrasi dengan sistem satelit navigasi global atau global navigation satellite systems (GNSS) lainnya, seperti Glonass Rusia dan BeiDou China. Dengan begitu, lokasi ponsel akan jadi jauh lebih akurat.
Di medan pertempuran, GPS III generasi keempat ini juga akan membuat pengiriman pesan jauh lebih aman karena terenskripsi tingkat tinggi. Selain itu, tentu saja anti lemot, kemampuan spot beam untuk sinyal yang terfokus di area pertempuran serta penambahan array retro-reflektor laser di masa mendatang yang memungkinkan pemosisian satelit disempurnakan melalui laser berbasis darat.