Keberadaan sabuk pengaman (safety belt) di mobil-mobil memegang peranan yang cukup vital jika terjadi kecelakaan. Alih-alih mengalami cidera yang jauh lebih serius atau bahkan menyebabkan kematian, para penumpang dipaksa “diikat” di bangkunya masing-masing guna mengamankan keselamatan jiwanya. Namun, tidak semua jenis sabuk pengaman dinilai mampu memberikan pengamanan ekstra kepada setiap penggunanya, terbukti jika terjadi kecelakaan, sabuk pengaman yang biasanya ditemui di mobil keluaran lama malah membahayakan para penggunanya, karena bisa mematahkan tulang rusuk mereka.
Baca Juga: Ternyata, Sabuk Pengaman Lindungi Anda dari Lima Arah
Seperti yang KabarPenumpang.com himpun dari laman nbcnewyork.com, beberapa produsen kendaraan lalu memodifikasi salah satu alat keselamatan dalam berkendara tersebut. Dewasa ini, hampir semua kendaraan pribadi menggunakan safety belt keluaran terbaru (spool out – on impact) dimana sabuk pengaman akan mengendur hingga penggunanya menghantam airbag yang muncul ketika terjadi benturan dari arah depan. Studi menunjukkan, teknologi ini terbukti telah menyelamatkan banyak nyawa dalam kecelakaan. Namun, konsekuensi yang lebih besar harus ditanggung oleh pengguna jika mobil yang ia gunakan mendapat hantaman dari arah samping dan airbag tidak akan mengembang jika mobil ditabrak dari sebelah sisi maupun belakang.
Contoh kasus seperti ini dialami oleh seorang bernama John Cancelleri dimana ia terpaksa menjadi kaum penyandang disabilitas setelah sebuah kecelakaan yang terjadi pada 2010 silam. Kecelakaan yang hampir merenggut nyawa John tersebut terjadi tidak jauh dari rumahnya. Airbag yang ada di mobil John tidak mengembang karena mobil yang ia kendarai mendapat hantaman yang cukup keras dari bagian samping. Dilansir dari dokumen pengadilan, John terpental kea rah depan, padahal ia sudah mengenakan sabuk pengamannya.
Menurut pengakuan istrinya, Rosetta Cancelleri, John hingga kini belum bisa berjalan pasca kejadian tersebut, bahkan pada tahun 2015 silam, ia terpaksa kehilangan salah satu kakinya akibat penggumpalan darah di bawah lutut. Para penyelidik mengatakan, mobil John dilengkapi oleh sistem sabuk pengaman spooling yang baru, dimana diselipkan teknologi pembatas beban. Akibat kejadian itu, pihak John melalui pengacaranya, lantas menuntun pihak Ford, mobil John, akibat alat keselamatan yang dinilai tidak dapat bekerja secara maksimal tersebut.
Baca Juga: Warga UEA Setujui Aturan Penggunaan Sabuk Pengaman dan Car Seat
Don Phillips, pakar keselamatan mobil yang turut memberikan kesaksian tentang kasus Cancelleri melawan Ford, mengatakan mungkin ada cara yang lebih baik untuk kinerja dari sabuk pengaman. Harus ada batasan seberapa jauh seseorang bisa bergerak maju. “Kita perlu mendesain ulang sistem itu sedikit,” tutur Phillips.
National Highway Traffic Safety Administration mengamini apa yang selama ini para peneliti percaya, yaitu sistem sabuk pengaman jenis terbaru ini mampu menyelamatkan lebih banyak jiwa ketimbang model yang lama. Namun, tetap saja pihaknya masih meneliti dan mengembangkan sistem keamanan kendaraan tersebut sehingga menjadi lebih baik. Senada dengan National Highway Traffic Safety Administration, Insurance Institute for Highway Safety pun mengatakan hal serupa yang setuju dengan metode spooling yang diaplikasikan di sistem sabuk pengaman modern.