7 Oktober 2019, tepat 100 tahun yang lalu, maskapai kenamaan asal Negeri Kincir Angin, Koninklijke Luchtvaart Maatschappij atau yang biasa disingkat KLM pertama kali merintis karir di sektor kedirgantaraan global. Tentu saja, ulang tahun ke satu abad ini tidak bisa dipandang sebelah mata – mengingat kondisi maskapai yang hingga saat ini bisa dibilang jarang diterpa isu miring seputar operasional maupun pelayanannya. Seperti yang sudah diberitakan pada artikel sebelumnya, KLM merupakan maskapai tertua di dunia yang hingga saat ini masih mengoperasikan penerbangannya.
Baca Juga: Ternyata, Jakarta Merupakan Destinasi Penerbangan Antar Benua Perdana KLM!
Guna merayakan ulang tahunnya ini, KLM Royal Dutch Airlines menggelar pameran bertajuk “KLM 100 Years-Celebrate the Future” yang berlangsung dua hari pada tanggal 5 & 7 Oktober 2019 di Eramus Huis, Pusat Kebudayaan Belanda, Jakarta Selatan. Dikutip KabarPenumpang.com dari laman wartaekonomi.co.id, Country Manager Air France KLM Indonesia, Wouter Gregorowitsch mengatakan bahwa acara ini tidak hanya sebagai perayaan ulang tahun ke-100 KLM saja, melainkan juga menandai 95 tahun penerbangan antara Belanda dan Indonesia.
Ia juga menambahkan bahwa Indonesia merupakan tujuan penerbangan antar benua pertama yang dilayani oleh KLM – kala itu pesawat bertolak menuju Jakarta pada 24 November 1924.
“KLM mencapai tonggak sejarah yang baik ini karena berkomitmen untuk memanfaatkan peluang, menerima tantangan, terhubung dengan mitra, dan merangkul teknologi,” ujar Wouter.
“Pameran ini akan memberi pengunjung wawasan yang unik tentang sejarah dan masa depan KLM serta perannya menjadi pelopor dalam industri penerbangan. Saya harap pengunjung akan menikmati pengalaman mereka di pameran ini,” imbuhnya.
Tidak bisa dilupakan begitu saja, pada 24 November 1924, sebuah pesawat keluaran Fokker dengan tipe F-VII tiba di Jakarta setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 55 hari. Jika ditelisik lagi, sejatinya penerbangan perdana KLM dari Belanda ke Indonesia memakan waktu yang amat sangat lama – hampir dua bulan perjalanan udara. Kala itu, penerbangan menuju Batavia ini dipiloti Van der Hoop.
Diketahui, salah satu penerbangan terlama di sektor aviasi global ini melakukan 21 kali pemberhentian, dimana pertama kali pesawat berhenti di Praha, Ceko. Adapun 20 kota sisanya yang disinggahi Fokker F-VII selama perjalanan super panjang ini antara lain Konstantinopel, Angora, Baghdad, Bandar Abbas, Karachi, Ambala, Allahabad, Kalkuta, Akyab, Yangon, Bangkok, Singapura, dan Medan di Sumatera Utara.
Baca juga: Anthony Fokker – Pria Kelahiran Blitar Yang Jadi Legenda di Dunia Dirgantara
Sebagai informasi tambahan, kala itu, pesawat Fokker F-VII ini tidaklah memboyong penumpang. Hanya ada tiga orang di dalam penerbangan tersebut – dua pilot Jan Thomassen à Thuessink van der Hoop dan Van Weerden Poelman, serta satu teknisi pesawat bernama Van de Broeke. Ketiga orang ini membawa banyak surat dan lagi-lagi diklaim sebagai perjalanan surat via udara pertama kali atau yang kini disebut sebagai airmail.
Bukan di Bandara Internasional Soekarno Hatta atau Bandara Kemayoran, melainkan pesawat ini mendarat di Bandara Tjililitan atau yang kini dikenal sebagai Bandara Halim Perdanakusuma.
Selain masih terbatasnya teknologi yang dapat membuat pesawat terbang berpuluh-puluh jam lamanya, adapun faktor lain yang membuat perjalanan ini sangat lama adalah karena penerbang hanya bisa beroperasi pada siang hari, mengingat masih minimnya teknologi navigasi kala itu. Jika ditotal, lamanya pesawat berada di udara sebenarnya hanyalah 127 jam – namun itu tadi, karena keterbatasan teknologi, maka pesawat harus banyak transit.