Beberapa hari ke belakang, tepatnya pada Jumat (12/5/2017) kemarin, Indonesia dibuat kalang kabut dengan adanya sebuah virus yang menyerang komputer di dua rumah sakit terkemuka di Ibu Kota, yaitu Rumah Sakit Harapan Kita dan Rumah Sakit Dharmais. Kedua rumah sakit tersebut terinfeksi virus Ransomware Wanna Decryptor (Wannacry), sebuah malicious software yang polanya adalah mengunci komputer dan mengenkripsi semua data, sehingga komputer tidak dapat dibuka kecuali pengguna komputer tadi mengirimkan ‘tebusan’ senilai US$300 dengan mata uang Bitcoin kepada pemilik virus.
Varian Wannacry yang tren sejak kemarin ini merupakan bagian dari alat yang dikembangkan oleh National Security Agency (NSA) yang berhasil diretas hacker berkode Shadow Brokers dan kemudian disebarkan melalui GitHub, salah satu platform pengembangan perangkat lunak terkemuka di dunia. Pertama kali serangan ini dialami oleh British National Health Service (NHS) yang mana menjadikan sistem komputer menolak pasien, menjadwal ulang janji temu pasien, hingga membatalkan operasi.
Serangan pada Jumat kemarin menargetkan titik lemah pada sistem operasi Windows. Microsoft mengatakan bahwa mereka merilis update Windows untuk melindungi pengguna terhadap serangan. Berkaitan dengan merebaknya pemberitaan tentang virus Ransomware Wannacry yang sudah menjangkitkan kurang lebih 99 negara tersebut, Direktur Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informasi Indonesia (KOMINFO), Semuel Pangerepan mengatakan pihaknya tengah bekerja sama dengan beberapa lembaga terkait lainnya dalam memberantas virus yang menjurus pada tindakan kriminal ini. “Upaya pelokalan server yang terinfeksi sedang dilakukan untuk mencegah penyebaran peralatan perang tersebut,” tuturnya.
Sementara itu, dunia transportasi juga menjadi salah satu aspek yang terkena imbas dari penyebaran virus tersebut. Di Rusia, virus tersebut menyerang Russian Railway, salah satu sarana transportasi vital yang menghubungkan Rusia dengan daerah-daerah di sekitarnya. Hal tersebut diungkapkan oleh pihak Russian Railway yang mengatakan sistem IT perkereta-apian di Rusia telah terserang virus yang dimana virus tersebut kini sudah berhasil diisolasi. “Kini kami tengah berupaya untuk menghilangkan virus tersebut dan meng-upgrade sistem anti virus yang sudah ada,” katanya pada rt.com (13/5/2017), sebagaimana yang dilansir oleh KabarPenumpang.com. Masih pada kesempatan yang sama, pihak perkereta-apian Rusia mengatakan serangan virus tersebut tidak mengganggu layanan transportasi di sana.
Kejadian seperti ini tentunya mengingatkan mengenai virus yang menyerang sistem perkereta-apian di San Francisco pada tahun 2016 silam, dimana para penumpang tidak bisa membeli tiket kereta yang biasanya mereka beli via komputer. Semua komputer tersebut berstatus offline dalam kurun waktu satu hari. Dalam kasus ini, hacker meminta tebusan senilai 100 Bitcoin atau senilai US$70.000 atau setara Rp946 miliar untuk jaminan.