Jauh sebelum telepon seluler (ponsel) populer atau menjadi benda yang bisa dimiliki oleh siapa saja, radio komunikasi (rakom) menjadi benda yang diandalkan oleh banyak kalangan untuk berbagi informasi secara waktu nyata (real time). Salah satu kalangan yang menjadi penggunanya adalah pengemudi bus.
Baca juga: Pengemudi Bus AKAP Juga Punya “Ceperan”, Ternyata Ini Sumbernya
Rakom atau radio CB (citizen band) adalah alat komunikasi yang populer di tengah masyarakat Indonesia pada medio 1980-1990-an. Rakom digunakan untuk komunikasi antarpenduduk, mulai dari antarwilayah hingga antarpulau yang penggunaannya di bawah naungan organisasi Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI).
Rakom bekerja pada frekuensi tinggi 26,060 MHz sampai 28,290 MHz dan frekuensi ultra tinggi 476,410 MHz sampai 477,415 MHz. Alokasi frekuensi yang diberikan oleh International Telecommunications Union (ITU) untuk frekuensi tinggi dibagi kembali menjadi lima band frekuensi yang diberi nama Band A hingga Band E.
Setiap band frekuensi dibagi kembali menjadi 40 saluran dengan lebar band 10KHz untuk setiap salurannya. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika menentukan Band C (29,960-27,410 MHz sebagai band resmi bagi pengguna rakom.
Penggunaan rakom di kalangan pengemudi populer pertama kali di Amerika Serikat oleh para pengemudi truk. Setelah itu, barulah penggunaannya meluas ke seluruh dunia dan ke kalangan yang lebih luas, termasuk diantaranya adalah pengemudi bus.
Di Indonesia sebelum digunakan oleh pengemudi bus, rakom terlebih dahulu digunakan oleh pengemudi taksi untuk berkomunikasi dengan sesama pengemudi atau kantor pusat. Setelah itu, barulah sejumlah perusahaan otobus (PO) besar ikut menggunakannya untuk keperluan sama.
PO Big Bird yang berada di bawah naungan Blue Bird Group adalah salah satu PO yang mempelopori penggunaan rakom di bus, khususnya bus pariwisata. Rakom digunakan untuk berbagi informasi kondisi jalan antarpengemudi atau mengontrol posisi unit oleh kantor pusat.
Adapun, untuk bus antarkota dalam provinsi (AKDP) antarkota antarprovinsi (AKAP) PO Nusantara merupakan salah satu pengguna rakom di armadanya. Rakom digunakan untuk berbagi informasi kondisi jalan khusus untuk pengemudi bus Eksekutif, Super Eksekutif atau Patas, baik jarak jauh maupun jarak menengah.
Bus-bus yang berangkat lebih awal biasanya memberikan informasi kepada bus-bus yang lain mengenai kondisi jalan, khususnya ketika mereka terjebak kemacetan. Dengan demikian, bus-bus yang berangkat di belakangnya bisa mencari jalur alternatif atau terhindar dari kemacetan.
Namun, bukan berarti bus yang berangkat duluan selalu menjadi tumbal. Mereka juga bisa mendapatkan informasi dari bus-bus yang melintas dari lawan arah untuk kemudian mencari jalur alternatif. Intinya, sesama pengemudi saling bantu memberikan informasi agar rekan-rekannya tak terjebak kemacetan atau bisa mencari jalur alternatif.
Kegunaan lainnya adalah menginformasikan kendala yang terjadi di jalan ke kantor pusat. Keberadaan rakom membuat informasi bisa tersampaikan dengan cepat dan kantor pusat bisa mengambil tindakan, mulai dari mengirimkan mekanik dan suku cadang bus hingga unit pengganti.
Di Nusantara, penggunaan rakom mulai dihentikan pada medio 2010-an, digantikan oleh satu ponsel yang diberikan oleh kantor ke setiap bus. Alasannya, tentu saja terkait dengan efisiensi biaya dan kepraktisannya.
Baca juga: Sebelum Naik Bus AKAP, Sebaiknya Ketahui Dulu Tarif Tiketnya
Alasan lainnya adalah mengurangi suara-suara yang mengganggu kenyamanan penumpang, khususnya mereka yang duduk di bagian depan. Suara pengemudi yang bersahut-sahutan sepanjang perjalanan tentu saja mengganggu mereka. Belum lagi, rakom juga kerap digunakan oleh pengemudi untuk mengobrol hal-hal yang tidak penting atau bercanda di tengah perjalanan. [Bisma Satria]