CEO Qantas, Alan Joyce, memastikan pihaknya bakal mewajibkan seluruh penumpang internasional divaksin Covid-19 terlebih dahulu sebelum terbang. Sebelumnya, Joyce mengungkapkan bahwa Qantas tidak berniat kembali melayani penerbangan internasional dalam waktu dekat.
Baca juga: Berkah Vaksin, IATA Sebut Butuh 8 Ribu Pesawat Jumbo untuk Antarkan Vaksin ke Seluruh Dunia
“Kami sedang mengubah syarat dan ketentuan kami untuk mengatakan, bagi penumpang internasional, bahwa kami akan memintanya untuk melakukan vaksinasi (Covid-19) sebelum mereka bisa naik pesawat,” tegasnya, seperti dikutip dari Simple Flying.
“Pada (penerbangan) internasional, kami sangat optimis tentang vaksin. Kami pikir dengan peluncuran vaksin tahun depan, kami optimis bahwa kami dapat melihat perbatasan (penerbangan internasional) terbuka cukup signifikan hingga tahun 2021,” tambahnya.
Sebagian besar maskapai penerbangan, lanjut Joyce, diprediksi juga akan menerapkan peraturan serupa (divaksin Covid-19) terlebih dahulu sebelum memulai layanan internasional.
“Saya pikir itu akan menjadi hal yang biasa. Berbicara dengan kolega saya (pimpinan maskapai) di seluruh dunia, saya pikir itu akan menjadi hal yang umum di seluruh dunia,” ujarnya.
“Apa yang kami lihat adalah bagaimana Anda dapat memiliki paspor vaksinasi (sejenis sertifikat kesehatan yang menunjukkan seseorang sehat dan sudah disuntik vaksin Corona atau Covid-19), versi elektroniknya, yang mengesahkan apa vaksin itu, apakah dapat diterima di negara tujuan Anda?” ungkapnya.
Qantas boss Alan Joyce has warned future international travel will require compulsory vaccinations. #9ACA https://t.co/JNZyjJ1ZL3
— A Current Affair (@ACurrentAffair9) November 23, 2020
“Ada banyak logistik, banyak teknologi, yang perlu diterapkan untuk mewujudkannya, tetapi maskapai penerbangan dan pemerintah sedang mengerjakannya saat ini,” jelasnya.
Meski demikian, Joyce dan Qantas tak berpangku tangan dengan vaksin Covid-19. Sambil menunggu vaksin tersedia secara luas di pasaran, Qantas tetap melayani penerbangan internasional tak berjadwal; salah satunya penerbangan repatriasi. Diharapkan, penerbangan tersebut bisa terus berlangsung hingga perayaan Tahun Baru mendatang untuk mengurangi beban keuangan perusahaan.
Pada penerbangan repatriasi, seluruh penumpang diwajibkan mendapatkan hasil negatif Covid-19 dari tes PCR. Tak hanya itu, Qantas juga melakukan apa yang disebut testing the waste water atau menguji air limbah di setiap penerbangan. Hal itu terbukti ampuh untuk mengecek apakah seseorang terinfeksi virus Corona saat di pesawat atau tidak.
Sayangnya, betapapun ketatnya Qantas melakukan langkah-langkah preventif dalam menekan penularan virus Corona di setiap penerbangan, Australia faktanya tetap menerapkan kebijakan karantina mandiri 14 hari dengan biaya sendiri bagi setiap penumpang. Kebijakan karantina 14 hari sejauh ini belum ada tanda-tanda akan dilonggarkan. Hal inilah yang pada akhirnya menghalangi Qantas untuk memulai layanan internasional.
Padahal, menurut Joyce, selagi vaksin belum tersedia, pemerintah tetap bisa menekan penyebaran virus Corona di Australia dengan memasifkan tes PCR ketimbang karantina mandiri 14 hari. Bila langkah itu diambil, tentu perekonomian akan terus berputar tanpa menimbulkan klaster baru penularan virus Corona.
Baca juga: Etihad dan Emirates: Sampai Vaksin Corona Efektif, Penerbangan Tidak Akan Normal
“Tapi mudah-mudahan, dan saya pikir hipotesis yang dimiliki para ilmuwan, adalah bahwa jika kita bisa mendapatkan data yang menunjukkan bahwa jika Anda memiliki alasan pengujian yang tepat, kita bisa menurunkan (karantina mandiri) 14 hari itu menjadi waktu yang jauh lebih singkat,” katanya.
“Jika itu terjadi, itu membuatnya (penerbangan internasional) lebih memungkinkan,” pungkasnya.