Belum lama ini beredar video berdurasi dua menit yang disebut sebagai perpisahan berbagai staf British Airways (BA). Beredarnya video tersebut sempat membuat geger karena maskapai asal Britania Raya itu memang sempat ingin mem-PHK puluhan ribu karyawan.
Baca juga: Gegara Virus Corona dan Tak Dapat Utang Baru, Maskapai Terbesar Inggris “FlyBe” Bangkrut
Dilansir dari indiatoday.in, pada tanggal 2 April, BA dilaporkan sempat memberlakukan kebijakan cuti tanpa dibayar ke 30.000 dari 42.000. Jelang sebulan kemudian, British Airways diketahui mengirimkan sepucuk surat ke karyawan berisi sekitar adanya sesuatu hal yang tak mengenakkan menimpa sebanyak 12 ribu karyawan.
Keputusan tersebut pun mendapat kecaman luas dari berbagai kalangan, baik publik maupun pihak terkait. Bahkan, anggota parlemen Inggris pun sampai harus turun tangan dan menyarankan agar BA meninjau ulang keputusan tersebut.
Video yang diunggah pertama kali oleh akun “Unite the Union Yout” yang notabene menyerupai nama serikat pekerja Inggris, Unite the Union, tersebut belakangan ini sudah diblock oleh developer karena dinilai mengandung unsur hoax.
https://www.facebook.com/100004410547561/videos/1537323789757958/
Akan tetapi, unggahan serupa juga telah beredar luas di Facebook dan masih bisa dilihat hingga saat ini. Dalam video berdurasi dua menit dengan caption “terima kasih dan selamat tinggal dari karyawan British Airways” itu menunjukkan pelepasan berbagai atribut BA oleh karyawan, baik berupa rompi, pin, seragam, dan lain sebagainya. Tentu saja video tersebut memberikan kesan negatif terkait bisnis BA itu sendiri di tengah terpaan isu PHK massal.
Padahal, dalam keterangan resminya, sampai saat ini, mereka sama sekali belum mem-PHK karyawan. Adapun yang dilakukan BA untuk menekan laju finansial di tengah anjloknya industri penerbangan akibat wabah Covid-19, mereka telah melakukan merumahkan sebanyak 80 persen karyawan, mulai dari pramugari, pilot, staf darat, insinyur, dan staf di kantor pusat.
Lagi pula, sebelum mulai melakukan kebijakan tersebut, manajemen BA terlebih dahulu berkonsultasi dengan serikat pekerja BA (Unite the Union) dan berhasil mencapai kesepakatan bersama.
Sebaliknya, alih-alih mem-PHK karyawan, British Airways malah ingin memulai kembali layanan penerbangan penumpang pada 20 Juni lalu. Jika demikian, pastinya mereka akan sangat membutuhkan tenaga kerja, bukan malah sebaliknya, mem-PHK karyawan. Jadi, bisa dapat dipastikan bahwa kabar mengenai PHK massal karyawan British Airways adalah tidak benar. BBC News mengkonfirmasi, British Airways hanya mengajukan PHK massal ke sekitar 12 ribu karyawan.
Namun, sama sekali belum ada implementasi terkait hal itu dan disebut sebagai “aib nasional” oleh beberapa anggota parlemen, mengingat BA menjadi salah satu maskapai dengan karyawan terbesar di dunia dan banyak menyerap tenaga kerja asal Inggris.
Baca juga: Negosiasi ‘Kejam’ ala British Airways, Mulai dari PHK Hingga Turunkan Gaji Pilot
Industri penerbangan di Inggris memang tengah dilanda cobaan hebat akibat pandemi Covid-19. Meskipun maskapai di berbagai dunia juga mengalami kondisi serupa, namun, minimnya keterlibatan pemerintah dalam melindungi industri penerbangan telah membuat satu per satu maskapai asal Britania Raya tumbang.
Awal Maret lalu, maskapai terbesar di Inggris yang mengoperasikan hampir 40 persen dari penerbangan domestik, FlyBe, dinyatakan bangkrut usai tak mendapatkan suntikan total modal sebesar Rp3,6 triliun serta memiliki utang sebesar Rp320 miliar. Enam bulan sebelumnya atau pada bulan September lalu, maskapai asal Inggris lainnya, Thomas Cook telah lebih dahulu dinyatakan bangkrut.