Nordic Aviation Capital (NAC) belakangan ramai jadi perbicangan publik Indonesia lantaran terseret masalah Garuda Indonesia. Maskapai pelat merah itu diketahui secara sepihak mengakhiri kontrak perjanjian sewa 12 pesawat CRJ-1000 yang semestinya baru akan jatuh tempo pada 2027 mendatang.
Baca juga: Garuda Indonesia Berencana Jual CRJ1000, Ternyata Ini Alasannya
Pihak Garuda dan pemerintah berdalih, keputusan tersebut diambil berdasarkan keputusan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) serta penyelidikan oleh Serious Fraud Office (SFO) Inggris ihwal indikasi tidakpidana suap dari pihak pabrikan kepada oknum pimpinan Garuda Indonesia saat proses pengadaan pesawat tahun 2011 silam.
Terlepas dari perkara keputusan mengakhiri kontrak perjanjian sewa 12 pesawat Bombardier CRJ-1000 secara sepihak oleh Garuda, sebetulnya lessor Nordic Aviation Capital bukanlah pemain baru di Indonesia.
Dikutip dari laman resminya, NAC tercatat pernah dan masih bekerjasama dengan beberapa maskapai penerbangan Indonesia lainnya, mulai dari Trigana Air, Pelita Air, dan TransNusa; melengkapi 75 maskapai lainnya di 51 negara. Dengan jumlah klien sebesar itu, ditambah kepemilikan pesawat dan nilai bisnis, perusahaan yang berdiri pada tahun 1990 itu mengklaim sebagai perusahaan leasing pesawat regional terbesar di dunia.
Perjalanan NAC mengklaim sebagai lessor pesawat regional terbaik di dunia tentu bukan tanpa data dan sekonyong-konyong melakukan hal itu tanpa melalui perjalanan panjang. Satu dekade setelah NAC berdiri, laporan Flight Global, perusahaan bahkan belum tercatat dalam daftar 40 leasing pesawat terbesar di dunia.
Di dekade berikutnya, NAC mulai mengambil segmentasi leasing pesawat yang lebih kecil, dalam hal ini pesawat-pesawat regional. Sejak saat itu, masa depan bisnis pendanaan atau penyewaan pesawat NAC mulai terlihat cerah.
Prospek cerah tersebut kemudian semakin diperkuat dengan strategi bisnis terbarukan di sepanjang dekade ketiga setelah perusahaan berdiri, atau sejak tahun 2010 silam. Hasilnya, pada tahun 2018 lalu, NAC berhasil mengembangkan total armadanya, dari semula hanya 131 pesawat pada tahun 2010 menjadi 356 atau tumbuh hampir 172 persen.
Dengan hanya fokus pada pembiayaan dan penyewaan pesawat-pesawat regional saja, seperti ATR 72, E190/195, Dash 8, ATR 42, E170/175, CRJ900/1000, hingga Airbus A220, NAC disebut menjadi salah satu leasing paling menguntungkan di dunia.
Memasuki tahun 2021, NAC terus menatap masa depan bisnisnya dengan kepemilikan 500 pesawat dengan nilai total sebesar US$8 miliar.
Sekalipun sudah besar, NAC mengklaim tetap menjunjung tinggi integritas. Oleh karena itu, munculnya kasus pengembalian 12 pesawat Bombardier CRJ-1000 sungguh mengejutkan perusahaan yang memiliki kantor di Irlandia, Denmark, AS, Singapura, dan Hong Kong tersebut.
Baca juga: Telat Bayar Motor Didatangi Debt Collector, Maskapai Telat Bayar Utang Juga Didatangi?
NAC sendiri mengaku sudah berdiskusi dengan Garuda Indonesia. Namun, sampai saat ini masih menemui jalan buntu.
“NAC telah melanjutkan diskusi ini tetapi belum ada kesepakatan sampai saat ini, dan tidak ada pemberitahuan penghentian yang diterima. Perjanjian sewa dengan demikian tetap berlaku penuh dan NAC mengharapkan Garuda untuk terus memenuhi komitmen kontraktualnya,” kata Eavan Gannon, Direktur NAC.