Awak kabin menuntut tindakan tegas dari para legislator di DPR, regulator, dan pemerintah terhadap para penumpang yang berbuat onar di pesawat. Mereka meminta agar penumpang yang berbuat onar di pesawat agar dilarang terbang dengan maskapai manapun. Ini dianggap dapat membuat efek jera bagi penumpang lainnya.
Permintaan tersebut datang sebagai bentuk tanggapan atas banyaknya kasus hal-hal yang tidak menyenangkan terhadap pramugari/pramugara (awak kabin), seperti pelecehan, penyerangan, diintimidasi, diteror, dan lain sebagainya oleh penumpang.
Banyaknya berbagai tindakan tak menyenangkan tersebut membuat enam awak kabin, mewakili yang lain, melakukan konferensi pers sekaligus peluncuran kampanye “Assault Won’t Fly” yang berisi ancaman menohok bagi para pembuat onar di pesawat tidak akan pernah bisa lagi terbang naik pesawat maskapai manapun.
Tak berhenti sampai di situ, enam awak kabin yang tergabung dalam Serikat Pekerja Transportasi Lokal 556, mewakili sekitar 18 ribu pramugari/pramugara Southwest Airlines, menuntut adanya payung hukum dengan meloloskan Undang-Undang Perlindungan Dari Penumpang yang Menyesatkan.
UU tersebut sebetulnya sudah diperjuangkan serikat pekerja sejak April lalu. UU tersebut berisi hukuman yang lebih berat dari yang saat ini ada bagi para penumpang yang berbuat onar di pesawat.
Mereka akan dilarang terbang selama beberapa waktu dan dimasukkan ke dalam ‘daftar hitam maskapai’ yang akan terintegrasi dengan sistem di seluruh maskapai. Dengan begitu, penumpang tersebut tidak akan bisa terbang dengan maskapai manapun.
“Para penumpang itu perlu memiliki konsekuensi di seluruh industri. Mereka harus dilarang terbang dengan pesawat komersial apa pun untuk jangka waktu tertentu,” jelas Corliss King, salah satu pramugari yang juga Vice President Serikat Pekerja Transportasi Lokal 556.
Insiden pelecehan dan perbuatan yang tidak menyenangkan lainnya dari penumpang terhadap pramugari belakangan meningkat selama pandemi Covid-19. Di antara banyak tipe penumpang yang berbuat onar, salah satunya adalah menolak gunakan masker di pesawat.
Penolakan ini kemudian eskalasinya naik menjadi keributan dan pada akhirnya penumpang melakukan penyerangan terhadap petugas.
Selain itu, ada juga penumpang yang menolak arahan dari pramugari untuk menggunakan seat belt dan menaruh tas di bawah kursi.
‘Silakan pakai sabuk pengaman Anda. Tolong taruh tas Anda di bawah kursi di depan Anda.’ Hal-hal ini dipenuhi dengan ‘Saya tidak harus mendengarkan Anda. Saya tidak harus melakukan itu,'” kata pramugari Allegiant Air, Klarissa-Ann Principe, seperti dikutip dari abc7chicago.com.
Lain lagi yang dialami Stacy Bassford. Pramugari Jet Blue itu kerap diminta penumpang memegang alat vitalnya, diraba-raba, dan sejeninsnya.