Sudah bukan rahasia lagi kalau pandemi virus Corona menghancurkan industri penerbangan. Cirium mencatat, ada sekitar 18 ribu pesawat yang digrounded di seluruh dunia di awal masa pandemi pada bulan Maret 2020 silam.
Baca juga: Operasional Terganggu Akibat Virus Corona, Ini Strategi Maskapai Dunia Maksimalkan Pesawat Widebody
Seiring berjalannya waktu, lambat laun industri penerbangan mulai kembali pulih, sejalan dengan capaian perekonomian negara-negara di dunia yang sudah tidak lagi terjebak di jurang resesi. Pesawat-pesawat sudah tidak lagi menerbangkan kargo berisi peralatan dan perlengkapan medis saja, tetapi juga memuat penumpang bisnis dan wisatawan.
Dikutip dari Simple Flying, data jumlah pesawat yang digrounded oleh maskapai jumlahnya sangat mengejutkan. Pada 25 Maret 2020 silam, analis data penerbangan, Cirium, melaporkan ada lebih dari 6.600 pesawat yang digrounded, tepatnya 6.639 unit.
Dari total pesawat yang digrounded tersebut, antara pesawat Airbus dan Boeing, perbandingannya tidak terlalu berbeda jauh. Pesawat buatan pabrikan asal Amerika tersebut, saat ini jumlahnya ada 2.542, dengan rincian 1.671 narrowbody dan sisanya, 871 adalah pesawat widebody.
Boeing 737 merupakan penyumbang angka terbesar untuk pesawat narrowbody dengan total 1087 unit, termasuk -200, model Klasik, dan Next Generation atau NG. Itupun belum termasuk 737 MAX. Bila ditambah dengan pesawat yang telah digrounded setahun lebih itu, totalnya mencapai 1470 unit, dimana MAX menyumbang 383 unit. Sisanya, seperti Boeing 717, 727, 747, 757, 767, 777, dan 787, masing-masing sebanyak 45, 6, 108, 150, 154, 376, dan 233 unit pesawat.
Adapun pesawat buatan Airbus, jumlahnya sedikit lebih tinggi, mencapai 2.608 unit. Sama seperti Boeing, pesawat narrowbody Airbus menjadi penyumbang terbesar dengan 1.837 dan 771 sisanya adalah widebody.
Airbus A320, yang notabene pesaing utama Boeing 737, menjadi penyumbang terbesar pesawat yang digrounded dengan 948 unit. Kemudian disusul A330 dengan 467, A319 sebanyak 338, A321 sebanyak 325, A340 sebanyak 117, A320neo 112, A380 84 unit, A350 66 unit, A321neo 58 unit, Airbus A220 33 unit, A318 23 unit, A330neo 18 unit, A300 11 unit, dan A310 sebanyak 8 unit.
Bila ditarik data lebih detail lagi, hanya fokus pada pesawat-pesawat widebody saja seperti A340, A350, A380, 767, 777, 787, dan A330, di awal pandemi, A330 memimpin daftar pesawat berbadan lebar yang masih beroperasi. Tetapi, seiring berjalannya waktu, mulai Maret ke atas, Boeing 777 memimpin dan menggeser A330 di posisi kedua, bersaing ketat dengan Boeing 767 (yang laris di pasar penerbangan kargo). di posisi ketiga.
Baca juga: Cirium Lihat Industri Penerbangan Indonesia Kembali Bergairah, IATA Pesimis
Menariknya, di bulan Juni tahun lalu, Boeing 747 trennya cukup stabil, tak seperti widebody quadjet lainnya seperti A380 dan A340 yang bisa dibilang hidup segan mati tak mau.
Kembali ke pertanyaan pada judul, sampai akhir Februari 2021 lalu, Boeing 777 menjadi pesawat widebody yang paling sering terbang dengan rata-rata 1.500 penerbangan sehari. Disusul A330, A350, Boeing 787, dan lainnya. A350 dan B787 mungkin cukup dimaklum tak bisa bersaing lebih jauh dengan B777 dan A330. Sebab, jumlah pesawat yang sudah produksi tak sebanyak dua pesawat itu.