Selama ini mungkin kalangan awam umumnya mengetahui kalau pesawat berbahan bakar avtur, baik dengan mesin jet atau mesin propeller. Padahal, pesawat pun ada juga yang berbahan bakar bensin, layaknya mobil.
Baca juga: “Bird of Prey” – Desain Mahakarya Airbus yang Terinspirasi dari Burung Elang
Masih ingat Haerul, pria 34 tahun asal Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan (Sulsel), yang berhasil membuat pesawat? Kala itu, pesawat buatannya tersebut berhasil terbang salah satunya berkat dukungan mesin motor berbahan bakar bensin bekas pakai. Pada umumnya pesawat berbahan bakar bensin hanya ditemukan di pesawat kecil. Namun demikian, baik pada pesawat besar ataupun kecil, belum ditemukan satupun dengan mesin diesel berbahan bakar bensin.
Dilansir dari cordis.europa.eu, terdapat beberapa alasan mengapa pesawat belum menggunakan mesin diesel berbahan bensin, salah satunya berhubungan dengan desain. Namun, bila masalah tersebut berhasil dipecahkan, mungkin pesawat bisa mencapai tingkat efisiensi lebih dari yang sudah dicapai saat ini. Mesin ini (diesel) dinilai lebih efisien berkat proses pengapian melalui kompresi campuran bahan bakar dan udara.
Rasio kompresi diesel yang lebih tinggi memungkinkan penggunaan energi yang terkandung dalam bahan bakar secara lebih efisien, yang berarti efisiensi pembakaran yang lebih baik dan konsumsi bahan bakar yang lebih rendah.
Kesederhanaan mesin piston dan konsumsi bahan bakar yang rendah memungkinkan bobot yang lebih ringan dan efisiensi yang lebih baik untuk pesawat. Hal ini pun menghasilkan peningkatan kredensial lingkungan dan biaya operasional. Dengan jaminan efisiensi, penggunaan mesin diesel di pesawat dipercaya akan sangat diminat. Namun, sebelum itu, berbagai kekurangan harus terlebih dahulu dipecahkan untuk mendukung mesin diesel dengan bahan bakar jet (bensin) pada pesawat. Hal inilah yang jadi perhatian utama dalam proyek ARGOS yang didanai oleh Uni Eropa.
Masalah pertama dengan mesin diesel berbahan bakar jet adalah bahwa mesin tersebut dirasa sangat kasar dibandingkan dengan mesin lama. Distribusi torsi yang tidak merata dinilai menyebabkan getaran yang pada akhirnya membuat baling-baling haus. Ini mengurangi masa pakainya dan meningkatkan risiko kegagalan. Masalah kedua adalah bahwa desain baling-baling harus disesuaikan dengan jenis mesin. Menggunakan desain rancangan lama untuk mesin diesel berbahan bakar bensin hanya menambah masalah kelelahan, selain tidak efisien.
Berangkat dari dua masalah tersebut, para ahli pun mulai bereksperimen dengan menetralkan getaran melalui media sebuah perangkat peredam. Di dalam mobil, gearbox mungkin bisa saja memenuhi fungsi ini (menetralkan getaran). Namun, tim menolak opsi itu karena dinilai banyak kelemahan. Selanjutnya, para peneliti yang terdiri dari berbagai ahli pun coba menguji banyak kombinasi bentuk, bahan, dan mesin baling-baling. Setelah lama berproses, hasil pun kemudian didapat dengan membuat prototipe desain baling-baling baru.
“Hasil paling penting dari proyek ini adalah data yang diperoleh dari eksperimen ini. Mudah untuk mengatakan bahwa mesin diesel bekerja dengan kasar, tetapi seberapa banyak, dan mengapa?” kata Vilém Pompe, koordinator proyek ARGOS.
“Solusi dari kami meliputi pemasangan bantalan retensi dalam bilah baling-baling yang mampu menyerap energi getaran. Kami juga menemukan bahan yang cocok untuk baling-baling dan hub baling-baling yang juga mampu menyerap energi,” tambahnya.
Baling-baling baru lebih berat dan lebih kuat dari baling-baling yang dirancang untuk mesin bensin. Selain itu, desain yang dihasilkan juga lebih sederhana daripada desain laternatif untuk mesin berbahan bakar bensin. Padahal ongkos produksinya sebanding.
Baca juga: Ini Dia Mesin Jet Terbesar di Dunia, Harganya Bikin Merem Melek!
Setelah pengujian desain awal, diikuti oleh pembuatan dan validasi prototipe, pengujian berlanjut pada periode pasca-proyek. Tim pun ditantang untuk mematenkan desain berdasarkan prototipe yang ada dan membawa hasilnya ke pasar. Berdasarkan pengujian yang sedang berlangsung, para peneliti kemudian mengembangkan prototipe yang sedikit dimodifikasi dari yang sudah ada.
Mesin diesel berbahan bakar bensin inilah yang kemudian akan digunakan untuk proses sertifikasi. Rencananya, dalam waktu, tim akan mulai mengujicoba mesin tersebut. Bila berhasil, baling-baling proyek ARGOS akan memungkinkan penggunaan mesin diesel yang efisien dalam penerbangan. Tentu saja akan berimbas pada operasional pesawat kecil yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan.