Saturday, October 26, 2024
HomeAnalisa AngkutanPesawat Lepas Landas dalam Kondisi Suhu Tinggi, Ternyata Bikin Maskapai Merugi

Pesawat Lepas Landas dalam Kondisi Suhu Tinggi, Ternyata Bikin Maskapai Merugi

Kondisi cuaca dan iklim sudah barang tentu terkait langsung dengan performa pesawat. Terkhusus menjelang pesawat tinggal landas, saat kondisi bersalju dengan suhu di bawah nol derajat celcius, pesawat menghadapi risiko bahan bakar yang dapat membeku. Lantas bagaimana dengan kondisi sebaliknya, yakni saat pesawat akan lepas landas alias take-off di kondisi suhu panas tinggi?

Baca juga: Gegara Pemanasan Global, Penumpang Pesawat Bakal Rasakan Turbulensi 3x Lipat

Secara teori, meningkatnya suhu atau tempeatur berarti akan mengurangi kemampuan daya angkat pesawat. Suhu yang lebih tinggi menyebabkan udara yang kurang padat, yang mengurangi gaya angkat pada sayap pesawat. Dengan kondisi lebih sedikit daya angkat, berarti jarak lepas landas akan meningkat. Jika jarak lepas landas tidak dapat ditingkatkan, maka mau tak mau pesawat perlu beroperasi di bawah batasan berat yang berbeda, atau pesawat harus mengurangi kapasitas muatannya.

Meningkatnya suhu umumnya juga akan berpengaruh pada pola angin. Penelitian menunjukkan bahwa secara umum, kecepatan angin melambat dan arah yang berlaku juga berubah saat meningkatnya suhu udara. Kecepatan angin yang lebih rendah juga akan mempengaruhi jarak pendaratan dan lepas landas. Dengan angin yang lebih lemah dari sebelumnya, pesawat akan kembali membutuhkan jarak landasan pacu yang lebih panjang atau untuk beroperasi dengan bobot yang berkurang.

Begitu pesawat di udara, perubahan angin berbeda lagi. Perubahan iklim di sini meningkatkan tingkat energi dan umumnya memperburuk turbulensi dalam penerbangan. Efek langsung yang paling mungkin pada penerbangan adalah pembatasan berat (muatan), mengingat gaya angkat pesawat menjadi lebih rendah.

Ada beberapa penelitian yang dilakukan tentang efek ini. Sebuah studi oleh para ilmuwan AS pada tahun 2015 melihat efek dari perubahan suhu di empat bandara utama AS (Bandara Internasional Phoenix Sky Harbor (PHX), Bandara Internasional Denver (DEN), Bandara LaGuardia New York (LGA), dan Bandara Nasional Washington Reagan ( DCA)), dan dampak kinerja pada Boeing 737-800. Disimpulkan bahwa kenaikan suhu akan menyebabkan jumlah hari pembatasan berat pesawat antara Mei dan September di bandara AS meningkat 50 – 200 persen.

Beroperasi dengan pembatasan muatan dipandang tidak ideal, karena maskapai berupaya memaksimalkan kapasitas dan pemasukan dari jasa kargo. Pesawat di masa depan kemungkinan akan dirancang dengan menggabungkan perubahan aerodinamis untuk meminimalkan efeknya. Selain produsen pesawat berlomba-lomba meningkatkan efisiensi bahan bakar, yang tak boleh dilupakan produsen juga harus memperhitungkan situasi iklim yang berubah di beberapa wilayah.

Baca juga: Ternyata! Pemanasan Global Berpotensi Merugikan Dunia Penerbangan

Bagian penting dari perubahan iklim dan pemanasan global adalah meningkatnya suhu. Sementara kenaikan suhu rata-rata secara global (sejak periode pra-industri) adalah satu derajat celcius. Saat ini banyak negara berusaha menjaga kenaikan suhu rata-rata kurang dari 1,5 derajat celcius.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru