Sebagaimana mobil, pesawat listrik hybrid juga mulai bermunculan. Salah satunya adalah Desaer ATL-100H. Pesawat hybrid yang memadukan mesin turboprop dan motor listrik buatan MagniX ini diklaim bisa terbang lebih jauh dari pesawat sejenis yang mengandalkan motor listrik saja atau sebaliknya turboprop saja.
Baca juga: Honeywell Kembangkan Mesin Pesawat Listrik-Hybrid
Pesawat hybrid Desaer ATL-100H didasarkan pada saudara kandungnya, Desaer ATL-100, yang masih menggunakan bahan bakar konvensional. Kedua pesawat ini bisa mengubah konfigurasi penumpang menjadi kargo atau sebaliknya dengan mudah. Dalam kondisi normal, pesawat ini bisa mengangkut 19 penumpang dan dua kru dalam sekali jalan.
Sebagai pesawat hybrid, Desaer ATL-100H betul-betul hampir tidak ada bedanya dengan Desaer ATL-100. Perbedaan paling mencolok adalah mesin di sayap. Bila versi sebelumnya hanya dua mesin turboprop 1.000-poros-tenaga kuda, namun di versi hybrid ini pesawat dilengkapi dengan dua unit propulsi listrik magniX’s magni350, menghasilkan tambahan jangkauan sejauh 2.981 km.
Porsinya sendiri diatur sedemikian rupa agar memaksimalkan efisiensi. Disebutkan, dua unit propulsi listrik atau mesin llistrik magniX’s magni350 ditugaskan untuk lepas landas dan climbing. Ini diharapkan bisa menghasilkan efisiensi lebih mengingat saat lepas landas dan climbing pesawat mengeluarkan daya dorong maksimumnya.
Sisanya, cruising, landing apprcoah, sampai akhirnya landing, itu dihandle oleh mesin turboprop. Pertimbangannya adalah, mesin ini bisa memberikan daya dorong lebih besar, khususnya pada saat cruising. Dengan catatan pada jarak jauh. Di jarak yang lebih pendek, motor listrik akan menghandle tenaga cruising.
MagniX sendiri, sebagaimana diungkap New Atlas, dengan penambahan motor listrik atau pesawat hybrid ini bisa menghemat bahan bakar 25-40 persen dibanding hanya menggunakan mesin turboprop saja.
Keuntungan lain dari segi pelayanan dan kenyamanan, dengan bantuan motor listrik ini, penumpang jadi lebih nyaman saat lepas landas karena kurangnya kebisingan yang dihasilkan motor listrik. Tak lupa, kehadiran motor listrik MagniX juga dilkaim mengurangi kebutuhan perawatan.
MagniX bukan pemain baru di pasar motor listrik untuk pesawat listrik global. Sebelumnya, pada Juni tahun lalu, perusahaan produsen motor listrik dimiliki oleh investor Singapura Clermont Group tersebut sukses melakukan retrofit atau peningkatan kemampuan pesawat Cessna 208B Grand Caravan. Menariknya, rerofit itu berhasil mencatat sejarah sebagai pesawat listrik terbesar di dunia.
Baca juga: Inilah Konsep Pesawat Listrik-Hybrid MIT, Bisa Sedot Karbondioksida di Langit
Pesawat listrik terbesar hasil kolaborasi antara perusahaan angkasa AeroTEC dan perusahaan propulsi listrik magniX ini diproyeksikan bakal mampu melahap rute sejauh 300 mil atau 482 kilometer, lebih kurang setara Jakarta-Semarang.
Hal itu dimungkinkan berkat kemampuan sistem propulsi magni500 berkekuatan 750 tenaga kuda (560 kW) sehingga dapat menggerakan pesawat amfibi enam kursi yang dimodifikasi melalui penerbangan pertamanya pada Desember lalu. Ini menandai keberhasilan dari penerbangan pesawat komersial listrik, sebelum akhirnya MagniX mendorong untuk meretrofit pesawat tersebut.