Pesawat komersial pada umumnya berada di ketinggian lebih dari 10 ribu kaki. Pada ketinggian tersebut, tekanan pada pesawat cukup tinggi sehingga desain serta komponen pesawat dibuat se-aerodinamis dan se-kuat mungkin menahan tekanan tersebut; termasuk kaca pesawat sekalipun.
Baca juga: Pernah Berpikir untuk Membuka Pintu Pesawat Saat di Udara? Mustahil!
Di tahun 1950an, sebelum teknologi semakin berkembang seperti sekarang ini, pesawat buatan Inggris, de Havilland Comet, tercatat pernah mengalami kecelakaan fatal akibat keretakan yang terjadi pada kaca pesawat.
Keretakan tersebut besar kemungkinan akibat dua hal, teknologi kaca dan ketebalan yang kurang memadai hingga desain kaca itu sendiri yang masih belum mampu menahan atau mengalirkan tekanan ke bagian lain pesawat.
Akan tetapi, berbicara mengenai ketebalan kaca depan pesawat, sebetulnya seberapa tebal kaca di pesawat sampai mampu menahan tekanan besar di udara setara berat sekitar 10,8 ton (ketinggian 3.600 – 10.000 meter di atas permukaan laut)?
Soal ini, thepointsguy.com pernah menulis, sebetulnya kaca depan pesawat (cockpit windshield atau biasa juga disebut aircraft windshield), ketebalannya tak terlalu besar, berkisar 1-3 inchi atau empat kali lipat ketebalan kaca mobil.
Kaca yang digunakan pun nilainya bukanlah yang tertinggi. Kita tahu, dari piramida klasifikasi kaca –berdasarkan kemampuan menahan tekanan- kaca laminated, merupakan jenis kaca dengan grade tertinggi.
Di bawahnya, ada kaca tempered, kaca reflektif, kaca es, kaca warna, dan kaca bening atau kaca pada umumnya. Dari jenis-jenis kaca di atas, pesawat tergolong menggunakan kaca jenis tempered, dengan beberapa modifikasi kaca. Namun, lagi-lagi, tergantung jenis pesawat. Adapun jenis kaca tempered digunakan di pesawat-pesawat Boeing, seperti 737, 747, dan 787.
Mengingat tekanan besar di udara, kaca depan pesawat atau biasa juga disebut flight deck windshields umumnya memiliki tiga lapis. Lapis pertama, kaca depan pesawat terbuat dari campuran kaca dan akrilik. Keduanya disatukan dengan teknik glass frit bonding, juga disebut sebagai solder kaca atau seal glass bonding. Jadi, pada intinya, teknik ini memadukan lapisan luar kaca dengan akrilik yang direnggangkan.
Lapis kedua, kaca depan pesawat terbuat dari urethane, termasuk jenis dari polimer yang lumrah dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan plastik. Sedangkan dilapis terakhir, atau di bagian dalam, kaca depan pesawat terbuat dari akrilik, dengan ketebalan yang sudah kami jelaskan di atas, 1-3 inchi.
Meskipun terdengar tak lebih kuat dibanding jenis kaca tempered, namun, komposisi akrilik dan polimer rupanya memiliki andil besar, bukan hanya dalam menahan tekanan besar dari luar, melainkan juga menahan benturan keras yang terjadi oleh objek tak dikenal, seperti misalnya bird strike.
Dengan andil lapisan akrilik dan polimer dan tentu saja gabungan dari keduanya, kaca depan pesawat mampu menahan benturan seberat empat pon saat pesawat mencapai di kecepatan 370 mph. Ketika benturan terjadi, kaca depan pesawat tak langsung pecah berkeping-keping layaknya piring pecah.
Menariknya lagi, mengingat pesawat menerjang berbagai kondisi, siang-malam, panas-dingin, hujan-badai-terik matahari, kaca depan pesawat harus mampu tetap stabil dalam semua kondisi di atas. Tidak stabil dalam artian, kaca tak berembun, buram, silau, panas, dingin, dan lain sebagainya.
Maka dari itu, kaca depan pesawat dilengkapi dengan coating of indium tin oxide atau lapisan oksida timah indium yang mampu mentransmisikan panas. Tak hanya itu, lapisan tersebut juga mampu membuat kaca tetap kinclong dan jelas dalam kondisi panas maupun dingin. Itu juga sebabnya mengapa kaca pesawat tanpa seperti berminyak, efek lapisan oksida timah indium ini.
Baca juga: Wow, Kaca Film Sekarang Bisa untuk Jendela Pesawat
Namun, ketika pesawat menerjang hujan lebat, lapisan tersebut memang tetap berfungsi, tetapi, pesawat tetap butuh sesuatu untuk menyingkirkan air dari permukaan kaca. Itulah mengapa wiper, layaknya mobil, juga tersedia pada pesawat.
Di pesawat sendiri terdapat banyak kaca. Namun, bila dikelompokkan, maka hanya ada dua, cockpit windshield dan cabin window.