Perkembangan virus corona memang benar-benar mengkhawatirkan. Betapa tidak, sekalipun hampir seluruh bandara di dunia telah menerapkan protokol ketat sebelum penumpang boarding, namun, adanya fenomena penumpang tanpa gejala tetap saja berhasil membuat adrenalin meningkatkan selama penerbangan. Baca juga: Pakai StadiumPod di Kabin Pesawat, Pebisnis Ini Coba Cegah Tertular Virus Corona
Pasalnya, penumpang tanpa gejala bisa saja lolos dari protokol kesehatan yang diterapkan bandara dan maskapai, kecuali, dilakukan rapid test sebelum boarding. Hanya saja, maskapai atau bandara yang menerapkan kebijakan wajib rapid test sebelum mulai boarding bisa dihitung jari. Sejauh ini hanya ada satu maskapai dan satu bandara yang sudah menerapkannya, Emirates Airlines dan Bandara Internasional Hong Kong.
Berbagai kemungkinan terpaparnya penumpang saat di dalam kabin pun coba dijawab dengan beberapa inovasi, salah satunya dengan robot pembersih bakteri dengan sinar UV, GermFalcon. Namun, berbagai inovasi lainnya juga tengah dikembangkan, semata untuk memberikan solusi terbaik terhadap permasalahan yang ada.
Dikutip dari The Sun, belum lama ini, sebuah perusahaan yang fokus memproduksi produk-produk interior pesawat dan kursi penumpang, Aviointeriors, meluncurkan desain sebuah kursi penumpang ‘anti’ corona. Cara kerjanya (dalam menghindari penumpang dari risiko terpapar corona) yakni dengan menambahkan semacam akrilik ke setiap kursi yang mengapit penumpang.
Desain yang disebut Glassafe tersebut diklaim mampu membatasi kontak langsung dengan penumpang yang disebelahnya (kiri dan kanan untuk kursi di bagian tengah). Bila diperhatikan lebih detail, sebetulnya konsep seperti itu sudah mulai diberlakukan di banyak sektor, mulai dari perbankan, percetakan, dan beberapa sektor lainnya yang memungkinkan adanya kontak langsung antara klien dan petugas dalam jarak kurang dari satu atau satu setengah meter.
“Glassafe (menciptakan) siklus udara yang terisolasi di sekitar penumpang untuk menghindari atau meminimalkan kontak dan interaksi melalui udara antara penumpang yang satu dengan penumpang lainnya, sehingga dapat mengurangi kemungkinan terpapar oleh virus atau lainnya,” kata juru bicara perusahaan dalam sebuah pernyataan.
Perusahaan yang berbasis di Italia tersebut mengklaim pihaknya siap memproduksi secara massal. Tentu saja setelah melewati sertifikasi keselamatan terlebih dahulu. Artinya, masih butuh proses selama beberapa bulan ke depan sebelum akhirnya penumpang bisa benar-benar menikmati sensasi duduk dengan diapit Glassafe selama penerbangan.
Selain Glassafe, Aviointeriors juga meluncurkan inovasi kursi berbentuk ‘S’. Kursi tersebut mengubah posisi duduk kursi tengah dari semula menghadap ke depan menjadi menghadap ke belakang. Sejalan dengan Glassafe, poinnya, desain kursi berbentuk ‘S’ (bila dilihat dari atas) juga untuk menekan kemungkinan penumpang terpapar virus Cina dari penumpang di sebelahnya. Baca juga: Manjakan Mata Penumpang, LG Display Luncurkan Teknologi OLED di Kabin Pesawat
Akan tetapi, baik Glassafe maupun desain kursi berbentuk ‘S’ sebetulnya klaim Aviointeriors belum dapat dibuktikan melalui penelitian ilmiah mendalam dari berbagai ahli. Lagi pula, hasil penelitian menyebut Covid-19 dapat bertahan di permukaan plastik (akrilik) yang notabene bahan dasar Glassafe.
Kemudian, untuk desain kursi berbentuk ‘S’, penumpang yang menghadap ke belakang juga masih mungkin terkontaminasi dengan dua orang di depannya. Memang masih terlalu dini untuk mengharapkan ‘S’ dan Glassafe akan terlihat (di pesawat) di masa depan. Namun, bukan berarti tidak mungkin bila dilakukan perubahan untuk menambal berbagai kekurangan.