Perancis dikabarkan telah merampungkan paket penyelamatan industri penerbangan senilai €15 miliar atau Rp239 triliun (kurs 1 euro = Rp15.725). Paket bantuan tersebut dimaksudkan untuk menyelamatkan ratusan ribu karyawan di industri tersebut dari ancaman PHK, khususnya di dua perusahaan besar di negara itu, yakni Airbus dan Air France.
Baca juga: Aneh, Meski ‘Berdarah-darah’, Airbus Tak Butuh Bantuan Pemerintah Perancis
“Pemerintah akan melakukan segalanya untuk mendukung industri Perancis ini (industri penerbangan) yang sangat penting bagi kedaulatan, lapangan pekerjaan, dan ekonomi kita,” kata Menteri keuangan, Bruno Le Maire, seperti dilaporkan The Guardian.
“Kami menyatakan keadaan darurat untuk menyelamatkan industri penerbangan sehingga bisa lebih kompetitif,” tambahnya.
Selain itu, Le Maire juga menekankan, dikucurkannya dana sebesar itu juga dimaksudkan untuk melindungi persaingan produsen pesawat global ke arah duopoli antara Boeing dan Comac dari Cina, sekalipun hal itu dinilai oleh beberapa pengamat jauh dari kenyataan.
Dari total €15 miliar, disebutkan €7miliar di antaranya akan disalurkan ke Air France, yang notabene sangat terpukul akibat anjloknya industri penerbangan global. Betapa tidak, seluruh armada maskapai yang telah didirikan sejak tahun 1933 dikabarkan nyaris seluruhnya digrounded dalam beberapa bulan terakhir. Dana tersebut diproyeksikan oleh perusahaan yang merugi 1,8 miliar euro pada kuartal I 2020 untuk membeli 60 pesawat Airbus A220 dan 38 jet A350. Dengan begitu, Airbus secara tak langsung akan terkena dampak positif dari paket bantuan ini, sekalipun mereka tak benar-benar menerimanya.
Tak hanya itu, dana 1,5 miliar euro dari total 15 miliar euro yang akan dikucurkan bakal dipergunakan untuk penelitian mengenai pesawat netral karbon selama tiga tahun ke depan. Pesawat netral karbon itu direncanakan bisa beroperasi pada 2035 mendatang. Dalam hal ini, Pemerintah Prancis, Airbus, dan perusahaan dirgantara seperti Dassault Aviation, Thales, dan Safran juga akan berkontribusi dengan memberikan dana masing-masing sebesar 200 juta euro.
Baca juga: Sambut The New Normal, Airbus Kembali ‘Putar Otak’ Demi Bertahan Hidup
Sebelumnya, pada akhir Mei lalu, pemerintah Perancis mengucurkan delapan miliar euro atau setara Rp125,7 triliun untuk menyelamatkan industri otomotif. Paket stimulus itu diluncurkan guna menghadapi gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor industri dan pengembangan pasar mobil listrik.
Di tempat terpisah, pada Selasa lalu, asosiasi penerbangan global, IATA, dalam rilisnya menyebut bahwa dana talangan yang dikucurkan oleh pemerintah, bank, lessor, financier di seluruh dunia setidaknya telah berkontribusi pada utang maskapai yang terkoreksi naik $120 miliar atau Rp1,6 triliun (kurs 1 dollar = Rp13.847) selama pandemi menjadi total $550 miliar atau Rp7,766 triliun (kurs 1 dollar = Rp13.847). IATA juga memperingatkan bahwa maskapai penerbangan global menuju kerugian kolektif $84,3 miliar atau Rp1,172 triliun (kurs 1 dollar = Rp13.847) pada tahun 2020, terbesar dalam sejarah di industri penerbangan global.