Malang betul nasib penumpang di bandara-bandara Inggris. Alih-alih sampai ke lokasi tujuan dan berlibur bersama keluarga, mereka justru tertahan di bandara bahkan sampai menginap dan tidur seadanya di berbagai tempat, termasuk di atas conveyor belt atau biasa juga disebut baggage carousel. Ada apa sebetulnya dengan bandara-bandara di Inggris?
Baca juga: Mungkinkah Refund dan Kompensasi Maskapai ke Penumpang Dibuat Otomatis?
Inggris atau Britania Raya pada umumnya termasuk dalam salah satu negara yang terkenal ketat dalam mencegah penyebaran virus Corona. Kebijakan ketat ini bahkan pernah membuat salah satu atlet bulutangkis Indonesia gagal tampil di ajang All England.
Akibat kebijakan ketat ini, Inggris memang berhasil mengatasi penyebaran Covid-19 dengan cepat dibanding negara-negara lainnya, baik di awal pandemi ataupun saat varian Delta dan Omicron menyebar cepat.
Akan tetapi, sebagai dampak buruknya, banyak masyarakat yang stress dengan kehidupan pasca pandemi dan tak sabar ingin liburan serta terlepas dari kebijakan lockdown.
Karenanya, ketika Covid-19 mereda dan momentumnya bertepatan dengan liburan musim panas, ratusan ribu orang dilaporkan berbondong-bondong menyerbu bandara. Celakanya, maskapai, yang selama pandemi mengalami kesulitan keuangan hingga terpaksa melakukan PHK besar-besaran, tidak terlalu siap untuk menyambutnya.
Kombinasi itu, ditambah faktor lainnya, pun pada akhirnya membuat terjadi kekacauan di hampir seluruh bandara-bandara besar di Inggris beberapa waktu belakangan.
Dilansir inews.co.uk, kekacauan dilaporkan terjadi di Bandara Gatwick beberapa hari lalu. Ada penumpang yang menunggu berjam-jam untuk mendapatkan kembali bagasi mereka. Ada yang antre menunggu penerbangan. Bahkan ada penerbangan mereka yang akhirnya dibatalkan secara mendadak tanpa bisa komplain karena tidak ada staf maskapai yang berada di check-in konter.
Tak sedikit di antara penumpang yang menunggu bagasi serta menunggu penerbangan akibat delay ekstrem, pada akhirnya memilih menginap di bandara dan tidur sembarang; termasuk di atas conveyor belt atau baggage carousel. Mereka bisa saja memesan kamar hotel di sekitar bandara, tetapi itu bukan pilihan terbaik.
No airport or @TUIUK staff on hand, the police read out a statement on their behalf. From this point it took another 2 hrs to get our bags back as we were left stranded in baggage reclaim with no staff to advise us what was happening 2/3 pic.twitter.com/idn9uG5X49
— Jayesh Patel ☔️ (@smurfyhelp_jay) May 29, 2022
Bagi penumpang yang penerbangannya dibatalkan, kondisinya tak kalah rumit. Orang-orang mungkin bisa saja berpikir penerbangan sekedar dibatalkan dan kembali pulang ke rumah sambil menunggu full refund. Namun, kondisinya tak selalu demikian.
Kate Beavis, salah seorang penumpang di Bandara Gatwick, yang penerbangannya dibatalkan TUI secara mendadak, misalnya, ia bak sudah jatuh tertimpa tangga.
Dalam pengakuannya kepada jurnalis BBC News, dia seharusnya pergi berlibur ke Maroko selama tujuh hari bersama suami dan kedua anaknya yang masih remaja. Namun setelah beberapa jam tiba di bandara, ia diinfo maskapai bahwa penerbangannya dibatalkan tanpa penyebab yang jelas. Tentu saja ia sekeluarga merasa kecewa berat.
Baca juga: Dua Hari Tanpa Akomodasi dan Makanan, 200 Penumpang British Airways Terlantar di Bandara
Lebih kecewa lagi, selain kehilangan momentum untuk liburan, ia juga mengaku rugi besar karena sudah banyak keluar biaya, seperti biaya tes PCR sekeluarga £160, £320 untuk kandang hewan peliharaan, £200 untuk parkir mobil di bandara, dan £100 untuk sampai ke bandara.
Ia juga harus mengeluarkan biaya tambahan untuk pulang ke rumah lantaran mobilnya tidak bisa diambil sampai waktu yang sudah ditentukan sebelumnya.