Guncangan pada sebuah bisnis seringkali terjadi dan membuat rugi. Hal ini juga tak menutup kemungkinan pada bisnis transportasi massal yang memudahkan penumpang untuk bepergian seperti SMRT selaku operator mass rapid transit (MRT) Singapura. Perusahaan plat merah ini dilaporkan merugi besar seiring menurunnya jumlah penumpang pengguna MRT dan tercatat kerugian yang dirasakan SMRT setelah pembayaran pajak senilai S$86 juta atau setara dengan Rp905 miliar untuk kurtal pertama 2018 yang berakhir pada 31 Maret lalu.
Baca juga: Di Malaysia, Jalur MRT Ini Justru Sepi Peminat
KabarPenumpang.com melansir dari laman Channel News Asia, pada periode yang sama tahun 2017 lalu, SMRT sendiri bahkan mampu meraup laba setelah pajak sebesar S$26 juta atau setara dengan Rp247 miliar. SMRT mengatakan, terkikisnya keuangan tak lepas dari menurunnya jumlah penumpang. Dimana data baru yang diterima bahwa MRT Singapura sudah kehilangan 15 juta penumpangnya, dari sebelumnya 768 juta penumpang menjadi 753 juta penumpang saat ini.
Tak hanya merosotnya jumlah penumpang, biaya operasional MRT Singapura pun membengkak. Ini disebabkan naiknya biaya operasional dari S$785 juta pada tahun lalu menjadi S$838 juta pada 2018 ini. Naiknya biaya operasional tersebut karena tingginya biaya pemeliharaan akibat menuanya jaringan kereta dan stasiunnya sendiri.
Chief Executive Officer SMRT Lee Ling Wee mengakui, kepuasan penumpang sebenarnya sudah mulai menurun sejak 2017 silam. Lee mangatakan, penyebabnya adalah seringnya kereta mengalami gangguan. Bahkan, layanan MRT Singapura sempat lumpuh 20 jam akibat banjir pada Oktober lalu. Lee berjanji, MRT Singapura berupaya semaksimal mungkin mengatasi gulungan permasalahan.
“Belajar dari peristiwa terowongan banjir pada 7 Oktober 2017, kami terus memperkuat proses kerja dan pengawasan di setiap lini organisasi,” kata dia.
Baca juga: Gas Freon di MRT Singapura Bocor, Gangguan Kesehatan Mengintai Penumpang
Menurunnya penumpang dan meruginya MRT Singapura, mengingatkan pada MRT Malaysia yang sepi penumpang. Jaringan yang mengangkut dari Sungai Buloh menuju Kajang dinilai gagal menarik minat masyarakat. Padahal, pembangunan MRT Malaysia ini menghabiskan dana RM23 miliar ata Rp81 triliun.
Kapasitas pengangkutan MRT juga sekitar 400 ribu sampai 500 ribu penumpang. Namun, nyatanya setiap hari jalur ini hanya mengangkut 150 ribu penumpang setiap harinya pada pertengahan 2017 lalu. Bahkan mengalami penurunan hingga 132 ribu penumpang perharinya pada Januari 2018 kemarin.