Perilaku buruk penumpang saat dalam keadaan darurat di pesawat kembali terulang. Dalam video evakuasi dari sudut pandang luar dan dalam pesawat Red Air flight 203 di Bandara Internasional Miami, belum lama ini, jelas terlihat mayoritas penumpang membawa barang atau bagasi mereka di pesawat sebelum menyelamatkan diri.
Baca juga: Kenapa Maskapai Batasi dan Kenakan Biaya Bagasi ke Penumpang?
Sebelumnya kejadian tersebut juga pernah terjadi. Salah satunya saat kebakaran pesawat British Airways Flight 276 di Bandara Las Vegas, beberapa tahun lalu.
Seolah tak mengambil pelajaran dari insiden British Airways, di insiden lain, dimana pesawat Sukhoi Superjet 100 Aeroflot terbakar di Bandara Sheremetyevo, Moskow pada 5 Mei 2019 silam, penumpang selamat jelas terlihat membawa barang bawaan mereka di pesawat. Harga mahal yang harus dibayar dari itu adalah tewasnya 41 dari 78 penumpang dan kru.
Hal tersebut tidak dibenarkan dalam Standard Operating Procedure (SOP) maskapai global saat evakuasi diharuskan segera pergi keluar pesawat melalui pintu darurat tanpa membawa bagasi. Ini juga sejalah dengan pedoman IATA yang menginstruksikan penumpang untuk meninggalkan barang bawaan mereka dalam keadaan darurat.
Pertanyaannya, mengapa demikian? Mengapa penumpang harus meninggalkan bagasi di pesawat dan segera menyelamatkan diri keluar dari pesawat sesegera mungkin?
Saat dalam keadaan normal, penumpang keluar pesawat lewat airstair atau melalui garbarata. Namun dalam keadaan darurat, penumpang keluar pesawat melalui emergency evacuation slide.
Cara kerja fitur itu bisa dibilang mudah, begitu juga saat mengaktifkan dan menggunakannya. Hal itu –mudah mengoperasikan- sepertinya sudah menjadi sebuah kewajiban mengingat fitur tersebut dipersiapkan memang untuk keadaan darurat.
Mula-mula, saat terjadi keadaan darurat, awak kabin akan memutar tuas slide posisi armed. Letaknya ada di pintu pesawat.
Setelah itu pintu dibuka dan evacuation slide siap digunakan. Biasanya –sebagaimana rekomendasi FAA- evacuation slide akan siap digunakan setelah enam detik. Penumpang cukup menjatuhkan diri ke evacuation slide dengan posisi berbaring menghadap ke langit untuk membantunya meluncur ke permukaan.
Bahan evacuation slide sendiri terbuat dari nilon berlapis urethane. Namun, cat khusus yang disemprotkan membuatnya tahan api sekalipun hanya 90 detik. Itu mengapa proses evakuasi harus rampung dalam tempo kurang dari 90 detik dan ini tentu saja harus dilakukan dengan cepat tanpa membawa bagasi di pesawat.
Selain dapat memperlambat proses mobilisasi penumpang keluar kabin pesawat, perilaku penumpang yang materialistis dan mementingkan harta pribadi daripada keselamatan nyawa sendiri dan orang banyak, juga bisa membuat emergency evacuation slide robek tergesek bagasi.
Dengan ketinggian pesawat di atas dua meter dari darat, bukan tak mungkin penumpang bisa cedera bila melompat dari ketinggian tersebut untuk keluar dari pesawat.
Baca juga: Ngeri! Airbus A380 Emirates Terbang 13 Jam dengan Kondisi Badan Pesawat Berlubang
Meski sudah massif disosialisasikan, setiap kali ada insiden pada pesawat, mayoritas dari penumpang selalu menyelamatkan diri beserta bagasi mereka. Dalam lansiran The Guardian, Dr James Thompson, British Psychological Society, mengungkapkan hal itu wajar karena ketika pesawat berhenti alam bawah sadar mereka akan teringat pada apa yang mereka bawa.
Karenanya, saat terjadi keadaan darurat, ia menyarankan agar penumpang duduk tegak seperti posisi siap terlebih dahulu. Setelahnya mencerna arahan petugas dan mengikutinya. Itu berarti harus keluar dari kabin pesawat segera tanpa membawa bagasi.