Industri penerbangan di Cina mulai kembali bergairah setelah terus-menerus dalam keadaan tertekan akibat turunnya frekuensi perjalanan sejak Januari hingga pertengahan Maret lalu. Okupansi dan frekuensi penerbangan juga mulai meningkat, ditandai dengan semakin banyaknya bandara yang dibuka, tak terkecuali di Provinsi Hubei yang notabene salah satu kotanya menjadi titik awal penyebaran virus corona.
Seperti dikutip dari laman Simple Flying, CH-Aviation melaporkan bahwa semua bandara di Provinsi Hubei, kecuali Wuhan yang baru akan dibuka pada 8 April mendatang, telah dibuka kembali untuk penerbangan domestik. Sekalipun jaringan internasional Cina belum bisa dimaksimalkan sepenuhnya, namun, dengan luas daratan mencapai 9,597 juta km² atau menyandang sebagai negara terbesar ke-3 di dunia, serta dengan populasi penduduk hampir menyentuh 1,4 miliar jiwa, membuat jaringan domestik penerbangan Cina tak bisa dianggap remeh.
Masih dalam laporan CH-Aviation, penerbangan pertama yang berangkat dari provinsi yang menjadi sentra bisnis manufaktur tersebut adalah layanan Fuzhou Airlines dengan nomor penerbangan FU6779 rute Yichang-Fuzhou. Belum jelas penerbangan tersebut memuat berapa penumpang, hanya saja saat itu Fuzhou Airlines mengoperasikan Boeing 737-800 pada penerbangan tanggal 29 Maret tersebut.
Beberapa bandara lain yang juga sudah dibuka di provinsi tersebut yakni bandara di Kota Enshi, dengan penerbangan perdananya dilakoni oleh Capital Airlines rute Enshi-Hangzhou serta Bandara Shiyan oleh Loong Air dengan rute yang sama dengan Capital Airlines dan Juneyao Airlines yang mengoperasikan penerbangan pertama dari Xiangyang ke Shanghai Pudong pada hari yang sama.
Menurut OAG, kapasitas maskapai di seluruh dunia, secara keseluruhan, turun lebih dari seperempat. Laporan terbaru untuk minggu ini menunjukkan penurunan di seluruh dunia sebesar 28,7 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Bahkan, beberapa negara lainnya, seperti Italia dan Hong Kong, penurunannya cukup drastis, mencapai lebih dari 80 persen.
Bandingkan dengan tren di China yang notabene terus mengalami peningkatan dalam tempo empat pekan beruntun. OAG mencatat, titik terendah industri penerbangan Cina terjadi pada hari Minggu, 17 Februari, ketika perjalanan udara terkoreksi turun 70,8 persen.
Baca juga: Pengamat: Sulit Untuk Ikuti Cina Turunkan Harga Tiket Pesawat Hingga Rp60 Ribu
Namun, sejak saat itu perlahan mulai merangkak naik dengan penurunan menjadi hanya sekitar 40 persen untuk dua pekan pertama di bulan Maret. Bahkan untuk dua minggu terakhir angkanya lebih sedikit lagi. Minggu ketiga, mulai 16 Maret, penurunan penerbangan di Cina turun menjadi 38,7 persen. Minggu terakhir yang dianalisis oleh OAG menunjukkan lalu lintas turun menjadi hanya tinggal 37,5 persen. Masih tergolong lambat memang, tetapi pasti.
Bergairahnya kembali penerbangan di Cina tentu saja menjadi kabar gembira bukan hanya untuk maskapai-maskapai di Cina, melainkan ekosistem bisnis penerbangan global, seperti pemasok suku cadang, mesin, hingga produsen pesawat global seperti Airbus dan Boeing yang mau tak mau juga turut mendapat berkah dari kebangkitan tersebut.