Apakah benar radiasi ponsel bisa meningkatkan risiko tumor otak? Sebuah studi tahun 2018 lalu dari Program Toksikologi Nasional (NTP) pemerintah AS menemukan bukti bahwa radiasi ponsel dapat menyebabkan kanker pada hewan. Sayangnya temuan itu kontroversial dengan banyak ahli yang mengklaim eksperimen bahwa tikus yang dikenai radiasi dosis tinggi untuk waktu yang lama sama sekali tidak analog dengan jenis paparan dunia nyata yang didapat manusia dari penggunaan ponsel.
Baca juga: Hoax Bahaya Menggunakan Ponsel Saat di Pesawat, Benarkah?
Mungkin secara hipotesis radiasi dari ponsel menyebabkan tumor otak. Namun para peneliti telah beralih ke kumpulan data epidemiologi yang lebih besar untuk menentukan apakah ada ringkat tumor otak pada populasi umum. Dirangkum KabarPenumpang.com dari newatlas.com (30/3/2022), tahun 2013, tim peneliti dari Universitas Oxford menerbitkan sebuah penelitian yang melihat korelasi antara penggunaan ponsel dan tumor otak pada 791 ribu wanita.
Data tersebut berasal dari proyek besar yang sedang berlangsung yang disebut Studi Sejuta Wanita. The Million Women Study dimulai pada pertengahan 1990-an dan tahun 2001 lalu telah merekrut satu dari empat wanita di Inggris yang lahir antara tahun 1935 dan 1950. Dalam penelitian ini, semua peserta dikirimi kuesioner setiap tiga hingga lima tahun untuk mengumpulkan data tentang praktik gaya hidup dan kesehatan umum.
Studi Oxford 2013 melihat penggunaan ponsel yang dilaporkan sendiri dan tidak menemukan hubungan dengan insiden glioma, meningioma atau kanker sistem saraf non-pusat. Studi baru ini, yang diterbitkan dalam Journal of National Cancer Institute, menawarkan tindak lanjut dari temuan sebelumnya yang melacak 776 ribu wanita selama sekitar 14 tahun.
Di periode tindak lanjut, para peneliti juga melihat 3.268 wanita dalam penelitian memiliki tumor otak. Namum penyakit tersebut tidak ada hubungan yang ditemukan antara penggunaan ponsel dan tingkat tumor otak. Bahkan ini juga tidak ada hubungan yang ditemukan antara penggunaan ponsel setiap hari dan peningkatan insiden glioma, neuroma akustik, meningioma, tumor hipofisis atau tumor mata.
Tak hanya itu, data dari para peneliti juga melihat tidak adanya perbedaan dalam tingkat tumor yang muncul di sisi kanan kiri kepala pada pengguna ponsel sehari-hari. Karena penelitian sebelumnya telah menunjukkan sebagian besar penggunaan ponsel terjadi di sisi kanan kepala, temuan ini menegaskan kurangnya bukti yang secara langsung menghubungkan radiasi ponsel dengan tumor otak.
Para peneliti berhati-hati untuk menunjukkan keterbatasan dalam temuan mereka. Penelitian ini tidak melibatkan anak-anak atau remaja, meskipun penelitian lain tidak menemukan hubungan antara tumor otak dan penggunaan ponsel pada kelompok muda. Untuk diketahui, kurang dari satu dari lima wanita dalam penelitian tersebut melaporkan menggunakan ponsel selama lebih dari 30 menit setiap minggu yang berarti tidak jelas apakah penggunaan ponsel yang berlebihan meningkatkan risiko tumor.
Apalagi tekbologi seluler terus meningkat sepanjang waktu sehingga generasi yang lebih baru memancarkan daya keluaran yang jauh lebih rendah. Namun demikian, mengingat kurangnya bukti untuk pengguna berat, menyarankan pengguna ponsel untuk mengurangi paparan yang tidak perlu tetap merupakan pendekatan pencegahan yang baik.
Joachim Schüz, peneliti utama pada studi baru, mengatakan kurangnya pengguna ponsel yang sering dalam dataset berarti pengguna berat idealnya masih berhati-hati dan menggunakan opsi hands-free di mana mereka bisa. Mengatasi perbedaan antara ponsel yang lebih baru dan yang lebih lama, Schüz juga menunjukkan bahwa smartphone modern cenderung memancarkan lebih sedikit radiasi daripada generasi sebelumnya.
Baca juga: Terminal 4 Bandara Changi Kini Dilengkapi 14 Pemindai Tubuh dengan Teknologi X-CT Scan
“Teknologi seluler meningkat sepanjang waktu, sehingga generasi yang lebih baru memancarkan daya keluaran yang jauh lebih rendah. Namun demikian, mengingat kurangnya bukti untuk pengguna berat, menyarankan pengguna ponsel untuk mengurangi paparan yang tidak perlu tetap merupakan pendekatan pencegahan yang baik,” kata Schüz.