Boeing dan Airbus dilaporkan tengah bermitra dengan para ahli medis, insinyur, akademisi, dan otoritas federal dalam sebuah penelitian untuk menyelidiki bagaimana perilaku atau sebaran virus corona di dalam kabin pesawat. Hal ini dilakukan guna meminimalisir risiko paparan Covid-19 di dalam pesawat dan memberikan rasa aman kepada penumpang dan menumbuhkan minat mereka untuk bepergian menggunakan pesawat.
Baca juga: Ahli Virologi Ini Yakin Tertular Corona Lewat Mata dalam Penerbangan yang Penuh Sesak
Diktuip dari fool.com, saat ini Boeing sedang mengerjakan model simulasi komputer untuk mempelajari bagaimana perilaku virus Cina di kabin penumpang. Hal ini tentu sejalan dengan kampanye yang telah digembar-gemborkan maskapai terkait sistem penyaringan udara di pesawat yang menggunakan filter HEPA. Teknologi tersebut diklaim mampu membunuh 99 persen bakteriologis, tak terkecuali dengan virus Cina.
Tak ayal, dengan kemampuan tersebut pesawat diklaim menjadi salah satu moda transportasi teraman untuk diandalkan selama pandemi corona, ditambah dengan beberapa protokol kesehatan dan standar operasional baru atau biasa disebut The New Normal. Dengan begitu diharapkan penumpang akan merasa lebih aman dan nyaman selama dalam perjalanan menggunakan pesawat.
Senada dengan Boeing, Airbus juga dilaporkan tengah menjalin kerjasama dengan beberapa ahli dari berbagai universitas untuk mengurangi sebaran virus corona di dalam kabin pesawat dengan mengembangkan bahan berkemampuan self-cleaning, disinfektan yang mampu bertahan selama beberapa hari serta beberapa perangkat tanpa sentuhan di toilet.
Namun demikian, terlepas dari dasar keduanya dalam melakukan penelitian, faktanya, sebelum adanya virus corona, beberapa ahli dari Purdue University’s School of Mechanical Engineering, Amerika Serikat (AS) sudah lebih dulu melakukan penelitian sebaran virus SARS dan memetakan risiko paparannya di dalam kabin pesawat.
Kala itu, penelitian dilakukan di dalam pesawat 767 dengan konfigurasi 2-3-2. Dari hasil penelitian yang dilakukan, jika seseorang yang duduk di tengah dalam (konfigurasi 2-3-3) batuk, setidaknya ada sekitar 10 orang yang terpapar corona, yakni enam orang di baris yang sama dan masing-masing dua orang di sisi jendela di baris pertama di belakangnya. Kemudian, bila dilihat dari sebaran aerosol di keseluruhan kabin, tampak hanya baris terdepan dan dua kursi paling belakang sebelah kanan di dekat jendela saja yang kemungkinan besar selamat dari paparan virus SARS.
Baca juga: Ahli Sebut Kabin Pesawat Tak Aman Cegah Corona! Video Ini Jadi Salah Satu Buktinya
Qingyan Chen, seorang profesor teknik Universitas Purdue yang berkontribusi besar dalam penelitian itu menyebut, sejatinya kabin pesawat memang tak dirancang untuk mencegah penyakit menular. “Sejujurnya, pesawat terbang tidak dirancang untuk mencegah penularan penyakit menular. Mereka tidak dirancang untuk melakukan pekerjaan itu,” ujarnya.
Saat ini, ahli di dunia memang belum bisa menemukan bagaimana sebaran atau perilaku virus corona di dalam kabin secara lebih rinci. Selain itu, para ahli juga belum bisa menyimpulkan apakah perilaku virus corona sama dengan perilaku SARS dan MERS beberapa tahun lalu. Tetapi, dengan daya tular yang disebut empat kali lebih kuat dibanding SARS, bukan tak mungkin, sebaran virus corona di kabin pesawat bisa lebih mematikan dibanding SARS.