Pesawat Airbus A330-300 milik Air China yang terbakar pada Selasa (27/8) sore kemarin mungkin tidak akan beroperasi kembali di waktu yang akan datang. Ini disebabkan oleh kerusakan yang cukup parah bada bagian depan pesawat – tempat dimana kepulan asap hitam pertama kali terlihat membumbung. Padahal, pesawat dengan nomor registrasi B-5958 ini usianya masih tergolong ‘muda’ – kurang dari lima tahun.
Baca Juga: Mayday! Mayday! Airbus A330-300 Air China Terbakar di Beijing International Airport!
Dikabarkan, sudah ada sekitar 100 penumpang yang masuk ke dalam kabin dan mereka kaget ketika melihat lampu pendeteksi api menyala merah sekitar pukul 17.30 waktu setempat. Sontak, mereka langsung dievakuasi keluar dari pesawat, dibantu oleh awak kabin. Beruntung, tidak ada korban jiwa atau luka akibat insiden ini, walaupun ancaman denda kepada pihak Air China sudah menanti di depannya.
Seperti yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman asiatimes.com (28/8), pihak Air China bisa saja dikenakan denda hingga 1,7 miliar yuan atau yang setara dengan Rp3,4 triliun hanya jika pihak maskapai terbukti telah mengkompromikan faktor keselamatan struktural pesawat. Dugaan sementara, api berasal dari baterai lithium yang tersimpan di kompartemen kargo – diduga milik salah satu dari penumpang pesawat dengan nomor penerbangan CA-183 tersebut.
Para peneliti percaya bahwa benda-benda penghantar listrik seperti baterai lithium dapat dengan sangat mudah terbakar dan diklasifikasikan sebagai benda berbahaya.
Insiden terbakarnya A330-300 milik Air China ini lalu dikorelasikan dengan jatuhnya pesawat Boeing 747-400 milik UPS Airlines Flight 6 pada September 2010 lalu, dimana kala itu, pesawat tengah mengangkut muatan baterai lithium dalam jumlah besar. Sebelum jatuh, saksi mata melihat pesawat ini sempat terbakar sebelum akhirnya crashed di dekat Dubai.
Baca Juga: Yang Menarik dari Air China – Terobsesi Gunakan Pesawat Produksi Dalam Negeri
Pasca kejadian jatuhnya UPS Airlinres Flight 6, Federal Aviation Administration (FAA) mengeluarkan regulasi yang melarang maskapai penerbangan penumpang untuk membawa baterai lithium dalam jumlah banyak.
Kembali ke persoalan Air China, pihak maskapai juga telah menghubungi Airbus terkait insiden ini, agar supaya pihak produsen pesawat bisa mengirim teknisi guna memeriksa lebih lanjut penyebab kebakaran ini.