Awan kelabu masih menyelubungi keluarga korban tewas kecelakaan dua Boeing 737 MAX 8 dari Lon Air dan Ethiopian Airlines. Dua kecelakaan yang terjadi hanya berselang sekira lima bulan ini ternyata masih meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga korban yang ditinggalkan, baik dari penumpang maupun awak pesawat. Setelah beberapa bulan ke belakang nama Boeing dicecar oleh berbagai pihak – yang menjadi buntut dari dua kecelakaan maut ini, namun siapa sangka bahwa pihak produsen pesawat ini ternyata belum ‘menyantuni’ keluarga korban?
Baca Juga: Akhirnya! Boeing Akui Adanya Kesalahan Sistem pada Boeing 737 MAX 8
Ya, pengakuan mengejutkan ini dilontarkan langsung oleh keluarga yang mengatakan bahwa pihak Boeing belum menghubunginya secara langsung, padahal keluarga mereka menjadi korban meninggal dari kecelakaan yang diakibatkan oleh error pada sistem navigasi ini. Sebagaimana yang dilansir dari laman businessinsider.sg (2/7/2019), adalah Nadia Milleron dan Michael Stumo kehilangan anak perempuan mereka yang masih berusia 24 tahun yang bernama Samya Stumo ketika Boeing 737 MAX 8 yang dioperatori oleh Ethiopian Airlines jatuh di Addis Ababa pada bulan Maret 2019 silam.
Nadia dan Michael mengaku bahwa mereka belum mendapatkan ‘santunan’ berupa ungkapan bela sungkawa dari pihak produsen pesawat.
“Boeing berbicara banyak kepada sejumlah pihak, namun tidak kepada kami selaku keluarga korban,” ungkapnya.
Ternyata kejadian serupa tidak hanya dialami oleh keluarga Nadia dan Michael, melainkan sejumlah kuasa hukum dari keluarga korban yang berusaha untuk mencari keadilan dari insiden fatal ini pun menuturkan pengakuan yang sama – tidak ada ucapan bela sungkawa dari Boeing.
Salah satu pengacara asal Miami yang mewakili keluarga korban, Steve Marks mengatakan respon dari pihak Boeing kepada keluarga korban terkait kecelakaan ini sangatlah ‘tidak biasa’. Steve bahkan merinci bahwa respon dari pihak Boeing sangatlah buruk dari bayangan respon yang diharapkan oleh pihak keluarga.
“Tak berselang lama setelah kecelakaan kedua (Ethiopian Airlines), perwakilan dari pihak Boeing mengatakan: kami akan menyelesaikan semuanya, ini permasalahan kami,” papar Steve.
Namun di lain pihak, melalui CEO Dennis Muilenburg mengaku bahwa pihak Boeing telah melontarkan berkali permintaan maaf dan perasaan menyesal terkait dua kecelakaan maut tersebut. Pihak Boeing mengatakan video permintaan maaf pertama Boeing diunggah pada bulan April atau sekira tiga minggu setelah kecelakaan kedua (Ethiopian Airlines).
Dalam video tersebut, Dennis mengatakan, “Kami turut berduka cita atas nyawa korban yang melayang akibat kecelakaan ini. Tragedi nahas ini terus membebani hati dan pikiran kami di Boeing,”
Namun nampaknya bukan permintaan maaf seperti itulah yang diharapkan oleh keluarga korban, melainkan permintaan maaf secara langsung dan personal kepada pihak keluarga korban.
“Permintaan maaf yang sebenarnya adalah ketika Anda duduk berseberangan dengan keluarga korban dan bertukar sentimen – setidaknya seperti itulah prosedur yang kami inginkan,” ujar Nadia dan Michael Stumo.