Xpressair pada Maret 2020 rencananya akan mulai memindahkan lokasi penerbangannya dari Bandara Adisutjipto, Yogyakarta ke Bandara Adi Soemarmo, Solo. Namun apa alasannya tidak memindahkan ke New Yogyakarta International Airport (NYIA)?
Baca juga: Pembangunan Capai 90 Persen, Maret 2020 Seluruh Penerbangan di Bandara Adisutjipto Pindah ke YIA
Ternyata Manager Bandara Adi Soemarmo Abdullah Usman mengatakan bahwa, maskapai ini belum memiliki alat Performance Based Navigation (PNB). Di mana navigasinya harus menggunakan satelit.
“Maskapai ini belum memiliki alat PBN (Performance Based Navigation). Jadi navigasinya harus pakai satelit, karena nggak punya terus geser ke sini,” kata Abdullah.
Namun tak hanya masalah navigasi Sales and Corporate Manager Xpress Air, Irfan mengatakan masalah market juga menjadi salah satu penyebabnya.
“Kami lebih memilih ke Solo atau Semarang karena melihat marketnya. Kalau di Bandara baru Kulon Progo permasalahannya hampir mirip dengan Kertajati yang belum banyak integrasi transportasi lain,” kata Irfan yang dihubungi KabarPenumpang.com, Senin (27/1/2020).
Dia menambahkan Bandara Adi Soemarmo sudah memiliki kereta bandara. Hal ini memudahkan penumpang menuju ke Stasiun Balapan Solo dari bandara atau sebaliknya. Bisa dikatakan, moda transportasi integrasi ini menjadi satu nilai yang dipilih Xpressair berpindah ke Bandara Adi Soemarmo.
Ketika ditanya apakah memiliki hub di Kertajati selain Makassar? Irfan mengatakan, hub utama mereka hanya ada di Makassar dan dia mengaku, maskapai Xpressair tidak menerbangkan pesawat mereka dari Kertajati. Sebagai informasi, situs wikipedia.org menginformasikan Xpressair memiliki hub di Kertajati. “Kami justru tidak punya hub utama di Kertajati. Bahkan Xpressair tidak punya rute terbang sama sekali dari sana,” tambahnya.
Baca juga: Gratis Hingga Februari 2020, KA Bandara Adi Soemarmo Mulai Beroperasi
Nantinya setelah berpindah ke Adi Soemarmo, rute yang akan dilayani maskapai berbasis di Makassar ini yaitu Palembang, Samarinda, Pontianak dan Lampung. Diketahui, maskapai tersebut selama melayani rute Yogyakarta ke Kalimantan memiliki okupansi (keterisian penumpang) dalam penerbangannya cukup bagus dengan rata-rata mencapai 80 persen dari kapasitas satu pesawat 150 orang.