Sejarah dunia penerbangan Indonesia mungkin tak se-kaya negara lainnya yang pernah dihiasi oleh pesawat-pesawat legend macam Concorde dan Tupolev Tu-144 serta pesawat lainnya dari pabrikan kawakan macam de Havilland Comet dan Hawker Siddeley.
Baca juga: DC-10 30, Kenangan Pesawat Trijet Jarak Jauh di Era Keemasan Garuda Indonesia
Meski demikian, dunia penerbangan Indonesia –dalam hal ini maskapai Indonesia- masih cukup beruntung karena sempat mengoperasikan berbagai jenis pesawat, mulai dari Convair 990, Lockheed L-118 Electra, DC-9, Fokker F28, Airbus A300, Boeing 747-400, Boeing 737, dan McDonnell Douglas MD-11.
Terkait MD-11, pesawat yang terbang perdana pada awal Januari 1990 menjadi salah satu dari tiga pesawat trijet yang pernah menghiasi langit Indonesia selama beberapa waktu. Sekalipun keberadannya kini hanya berupa tinta emas saja di buku sejarah penerbangan Indonesia, bersama dua sejawatnya, DC-10-30 dan Boeing 727, maskapai pelat merah, Garuda Indonesia, punya cerita kenangan manis bersama ketiganya.
Dihimpun KabarPenumpang.com dari berbagai sumber, era pesawat trijet mulai hadir di Indonesia berkat ambisi Garuda Indonesia pada tahun 1973. Kala itu, guna memenuhi penerbangan internasional, seperti tujuan Eropa, Asia, dan Australia, Garuda mendatangkan pesawat McDonnell Douglas DC-10-30.
Dengan jumlah kepemilikan DC-10-30 sebanyak 28 unit, Garuda Indonesia menjadi operator DC-10 terbanyak di kawasan Asia Tenggara. Menariknya, dimasa pemerintahan Presiden Soeharto, DC-10 Garuda kerap ‘disulap’ sebagai pesawat kepresidenan. Usai mengabdi selama belasan tahun, pesawat ini pun harus mengakhiri ‘karirnya’ di Indonesia sampai pertengahan tahun 90-an.
Patuh tumbuh, hilang berganti, mati satu tumbuh seribu, kepergian DC-10-30 pun digantikan oleh MD-11, sebagai suksesor trijet di Indonesia. Lagi pula, secara fisik, sekilas wujud MD-11 ini memang hampir mirip dengan DC-10, hanya panjangnya saja yang beda 18 kaki 6 inchi, serta ada winglet pada sayapnya.
Walaupun proses pesanannya sempat kontroversial dan sepak terjangnya sempat terganggu akibat performa kurang memuaskan dari segi konsumsi bahan bakar, namun, posisinya sebagai pengganti armada DC-10 yang sudah mulai termakan usia untuk melayani rute penerbangan Denpasar – Jakarta – Hong Kong PP tetap harum untuk terus dikenang.
Baca juga: MD-11, Tak Berusia Panjang, Inilah Kado Ulang Tahun Garuda Indonesia Ke-43
Ada pertemuan ada pula perpisahan, tak terkecuali dengan MD-11. Seperti tidak diijinkan untuk mengoperasikan MD-11, krisis finansial di negara-negara Asia Pasifik pada waktu itu berimbas kepada industri penerbangan. Hasilnya, rasionalisasi terhadap keenam unit MD-11 pun dilakukan dan berbuntut pada dikembalikannya semua armada MD-11 Garuda Indonesia ke sebuah perusahaan leasing bernama Boeing Capital Corporation pada bulan Juni dan Juli 1998. Dengan begitu, padam pula karir MD-11 di industri kedirgantaraan Tanah Air.
Pesawat trijet atau dibekali tiga mesin lainnya yang juga pernah menghiasi langit Indonesia selama beberapa waktu adalah Boeing 727. Tak seperti MD-11 dan DC-10-30 yang hanya dioperasikan maskapai Garuda Indonesia, Boeing 727 pernah dioperasikan oleh beberapa maskapai, mulai dari Jatayu Airlines, Indonesian Airlines, Merpati Nusantara Airlines, hingga Mandala Airlines atau biasa juga disebut Tigerair Mandala. Selain bermesin tiga, ciri khas Boeing 727 yakni tersedianya fasilitas tangga di bagian ekor pesawat, mengingatkan pada tangga di ekor yang ada di pesawat Douglas DC-9.