Jelang puncak Hari Raya, ratusan kendaraan yang antre mengular di toll gate Pelabuhan Merak menjadi pemandangan yang menarik dari aspek fotografi, apalagi bila foto diambil dari ketinggian tertentu, menjadikan nuansa yang berbeda lagi jika pemotretan dilakukan pada malam hari. Sudah barang tentu pengambilan foto tak dilakukan dengan cara yang ‘biasa,’ melainkan butuh dukungan wahana nirawak yang kondang disebut drone.
Diantara BUMN transportasi, PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) menjadi salah satu perusahaan yang giat memanfaatkan keunggulan teknologi drone. Perusahaan yang melayani jasa penyeberangan ferry dan pengelolaan pelabuhan ini menggunakan drone untuk memantau kondisi lapangan dalam skup yang luas. Karena dianggap penting untuk memantau dan melaporkan kondisi keadaan di pelabuhan, kini selain di Merak, jasa drone mulai digunakan pada Pelabuhan Bakauheni, Lembar dan Kayangan.
Baca juga: Wow! Uber Canangkan Program Taksi Drone
Merak, sebagai pelabuhan penumpang tersibuk di Indonesia dengan luas area 20 hektar kini tak kurang sudah dilengkapi 100-an Closed Circuit Television (CCTV) untuk tugas pemantauan, namun CCTV hanya punya kemampuan ‘melihat’ pada satu sudut tertentu, ditambah secara kualias imaging, citra dari CCTV masih dirasa sangat rendah.
Berangkat dari kebutuhan taktis dan melengkapi fungsi pemantauan, sejak tahun 2015, PT ASDP Cabang Merak mulai mengoperasikan drone dalam wujud quadcopter. “Peran drone di ASDP Cabang Merak bukan untuk menggantikan tugas CCTV yang dapat dioperasikan kontinyu, melainkan diterbangkan hanya pada momen-momen tertentu, semisal untuk memantau trafik penumpang dan kendaraan di musim Lebaran dan liburan,”ujar Mario S. Oetomo, Humas PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Merak.
Baca juga: Mengenal Pelabuhan Merak, Gerbang Penyeberangan Tersibuk di Indonesia
Kepada KabarPenumpang.com, Mario yang juga bertindak sebagai pilot drone menuturkan, bahwa menerbangkan drone di area pelabuhan penuh tantangan. “Di Pelabuhan Merak lebih banyak tantangan teknis, contohnya banyak berdiri antena BTS milik operator seluler, lalu ada sinyal kereta api, karena lokasi stasiun berada di dalam pelabuhan. Kemudian bangunan di pelabuhan banyak yang menggunakan beton, itu semua dapat membuat sinyal kompas dan gyro menjadi kacau,” kata Mario.
Karena ada potensi lost signal, maka penggunaan drone di Merak selalu mengaktifkan fitur return to home, yakni bila drone kehilangan sinyal dari operator, maka otomatis drone akan terbang kembali ke area take off. Sementara tantangan non teknis bisa terjadi karena faktor angin, meski begitu kondisi angin di Merak cenderung stabil.
Jenis drone yang diterbangkan Mario adalah tipe DJI Phantom 3 Professional Quadcopter. Drone yang dijual seharga Rp10 jutaan ini memang lumayan laris digunakan para penggiat foto udara. Dari aspek imaging DJI Phantom 3 sudah dibekali kamera dengan resolusi 12 megapixels. Jika diterbangkan, drone akan difungsikan untuk foto dan rekam video untuk melaporkan kondisi di lapangan. Secara teori DJI Phantom 3 dapat terbang sejauh 2 Km, namun di Merak karena jarak pandang yang terbatas oleh banyak penghalang, maka drone maksimal diterbangkan sejauh 1,3 km dalam durasi 20 menit.
Mario yang mengaku hanya mempelajari tentang drone secara otodidak, dan melihat cara menerbangkan di YouTube. “Alhamdulilah hampir tiga tahun pemakaian, tidak pernah ada kendala apa pun dalam mengoperasikan drone ini,” tambah Mario. Menyambut musim Lebaran ini, Mario akan menerbangkan drone dua kali dalam sehari, memantau kondisi trafik di pelabuhan, bahkan sampai di luar pelabuhan demi lancarnya arus pemudik.