Dunia saat ini mulai memasuki jaringan telekomunikasi 5G dan ini berkembang bukan hanya untuk ponsel tetapi pada jaringan transportasi. Sehingga kehadiran jaringan 5G bisa meningkatkan berbagai sektor suatu negara seperti pariwisata dan transportasinya.
Baca juga: Jaringan 5G Dipercaya Mampu Mengubah Wajah Pariwisata
Meski begitu, jaringan 4G juga masih terus digunakan sebelum jaringan 5G sepenuhnya melengkapi telekomunikasi dunia. Untuk itu Nokia (NOKIA.HE) dan YADRO memiliki rencana untuk membentuk usaha patungan dalam pembangunan BTS (Base Transceiver Station) 4G dan 5G.
Keduanya kemudian memilih Rusia karena YADRO sendiri merupakan perusahaan asal negara tersebut. Dilansir KabarPenumpang.com dari gadgetsnow.com (24/11/2021), bahkan ada tenggat waktu untuk membangun stasiun telekomunikasi itu yakni hanya menggunakan peralatan Rusia saja.
Rusia mengatakan akan memperpanjang lisensi operator telekomunikasi di luar 2023 untuk jaringan LTE (Long Term Evolution) dengan syarat mereka mulai membangun jaringan hanya menggunakan peralatan Rusia, bagian dari dorongan yang lebih luas oleh Moskow untuk mempromosikan teknologi domestik dan layanan TI.
“Kami senang dapat bermitra dengan YADRO, pengembang dan produsen terkemuka Rusia dari server dan sistem penyimpanan berkinerja tinggi untuk mengatasi kerangka peraturan lokalisasi yang baru,” kata Nokia yang berbasis di Finlandia.
Pihak Nokia mengatakan, kedua perusahaan menandatangani MoU pada 23 November yang menyebutkan niat mereka untuk masuk ke dalam negosiasi dengan tujuan menciptakan Joint Venture di Rusia. Kedua perusahaan tidak mengungkapkan persyaratan atau investasi yang direncanakan. Harian Kommersant sebelumnya melaporkan, mengutip sebuah sumber, bahwa YADRO akan memegang 51 persen saham di JV, dengan Nokia mengambil 49 persen sisanya.
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rusia Denis Manturov mengatakan kesepakatan antara perusahaan akan melihat pengembangan peralatan telekomunikasi di Rusia, dengan konstruksi dijadwalkan akan dimulai pada bulan Desember. Pabrikan Rusia saat ini menyumbang 21 persen dari 168 miliar rubel ($2,26 miliar) kontrak pengadaan peralatan telekomunikasi negara, kata Manturov.
Baca juga: FAA Akui Jaringan 5G Ancam Keselamatan Penerbangan
“Seluruh pasar diperkirakan lebih dari 400 miliar rubel, jadi kami melihat potensi yang cukup serius untuk pengembangan proyek bersama Rusia dan lokal,” tambahnya.
Menurut Kommersant, vendor asing lainnya, termasuk Huawei, Ericsson dan ZTE juga menunjukkan minat untuk melokalisasi peralatan.