Monday, April 7, 2025
HomeDaratNapak Tilas Jalur Madiun-Ponorogo. Dulu Primadona, Sekarang Menebar Dilema

Napak Tilas Jalur Madiun-Ponorogo. Dulu Primadona, Sekarang Menebar Dilema

Padatnya jalur darat yang menghubungkan Madiun – Ponorogo membuat Daerah Operasi (Daops) 7 PT KAI Kota Madiun berencana untuk menghidupkan kembali jalur kereta yang membentang di antara dua kota di Jawa Timur tersebut. Sayangnya, upaya tersebut tidaklah semudah membalikan telapak tangan, karena pada sebagian titik, area yang semula diduduki oleh rel kereta kini sudah bertransformasi menjadi pemukian warga.

Baca Juga: Nagreg, Mengenal Stasiun Kereta Aktif Tertinggi Di Indonesia

Opsi memperlebar ruas jalan pun dinilai tidak terlalu ampuh karena dipastikan akan memakan dana yang sangat besar. Hadirnya spekulasi ini pada tahun 2016 silam sempat membuat warga yang tinggal di sekitaran sana bahagia. Selain dipercaya dapat menjadi alternatif transportasi baru bagi kedua kota, hadirnya jalur ini dipercaya dapat menjadi magnet wisata sendiri yang siap menyaring para wisatawan.

Seperti yang dihimpun KabarPenumpang.com dari sejumlah laman sumber, jalur kereta yang didirikan pada tahun 1907 di bawah kekuasaan Staats Spoorwegen (SS) ini memiliki panjang kurang lebih 32 km. Moda transportasi yang sempat menjadi andalan warga di sana pun seolah menjadi saksi bisu dari perkembangan dua kota yang mayoritas bermata-pencaharian sebagai pedagang ini.

Jalur kerea Madiun – Ponorogo masih menjadi primadona hingga periode 1970an, tepat beberapa saat sebelum perkembangan di sektor transportasi mulai merambah. Hingga pada akhirnya popularitas dari jalur ini kian meredup dan menemui masa pensiunnya. Tahun 1984 menjadi perjumpaan terakhir sang armada dengan para penumpang setianya.

Lebih dari 30 tahun jalur ini sudah tidak beroperasi, menyisakan kenangan dan beberapa situs yang kini mulai terkontaminasi peradaban. Tidak banyak jejak sejarah yang mampu digali dari jalur kereta ini. Jangankan keberadaan rel, bangunan eks stasiun tempat transit penumpang saja sudah mulai beralih fungsi menjadi pertokoan.

Eks Stasiun Sleko. Sumber: istimewa

Sebut saja Stasiun Sleko yang berada di salah satu sudut Kota Madiun, yang kini sudah berubah menjadi rumah makan dan pusat hiburan karaoke. Seorang pengayuh becak di sana mengaku amat menyayangkan perombakan besar-besaran terhadap bangunan stasiun.

Baca Juga: Landas Pacu di Bandara ini ‘Dipotong’ oleh Jalur Kereta!

“Dulu saya sering naik kereta dari stasiun ini, dan kini sudah berubah menjadi pertokoan, amat disayangkan,” tutur Sayeran, sang pengayuhbecak berusia 50 tahun. Ia yang masih ingat betul kenangannya semasa kecil mengaku lebih sedih ketika mengetahui pertokoan tersebut sudah memasuki masa bangkrut. “Bangunan pertokoan ini sekarang malah sudah tidak digunakan.” ucapnya dikutip dari laman okezone.com.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru